Reporter: Dina Farisah, Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Poundsterling, terpuruk akibat data ekonomi Inggris mengecewakan. Mata uang Inggris itu melemah terhadap sebagian mata uang utama global. Mengutip Bloomberg, Selasa (17/2) pukul 17:15 WIB, EUR/GBP naik 0,2% menuju 0,7406. GBP/USD turun 0,08% menjadi 1,5375. Adapun GBP/AUD turun 0,44% ke 1,9679.
Putu Agus Pransuamitra, Researcher and Analyst Monex Investindo Futures, menilai, EUR/GBP berbalik rebound (menguat) pasca melemah selama tiga bulan terakhir. Ini kesempatan euro menguat setelah ketidakpastian Yunani mengikis kepercayaan pasar terhadap kinerja valuta Zona Eropa itu. Tapi penguatan EUR/GBP diperkirakan bersifat terbatas.
"Pasca menolak proposal perpanjangan bailout dari kreditur, kini Yunani mencari alternatif untuk membiayai operasional negaranya. Kondisi ini masih dapat menekan euro," ungkap Putu.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures, menuturkan, penurunan GBP/USD akibat aksi ambil untung. Setelah menanjak selama hampir dua pekan lebih, GBP/USD menyudahi reli. Sebelumnya GBP/USD sempat menguat hingga menuju level 1,5439. Di sisi lain, angka inflasi Inggris pada Januari (year on year) sesuai prediksi, yakni tumbuh 0,3%. Tapi data indeks harga produsen di Inggris pada Januari lalu minus 3,7%. Angka ini lebih rendah dari estimasi, minus 2,5%.
Adapun inflasi Inggris, termasuk biaya perumahan di level 1,1%. Ini di bawah estimasi 1,2%. Tonny bilang, melesetnya data Inggris dari ekspektasi akan mengantarkan GBP/USD melemah lebih lanjut. Setelah pengumuman data Inggris pada Selasa (17/2) sore, pasar kembali menantikan data perumahan Amerika Serikat oleh National Association of Home Builders (NAHB), Selasa (17/2) malam.
Berdasarkan prediksi, indeks perumahan pada Februari di level 58. Angka ini lebih tinggi ketimbang periode sebelumnya di 57. Apabila data ini sesuai prediksi, pasar menemukan alasan mengoreksi GBP/USD lebih lanjut.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst Fortis Asia Futures, memaparkan, pelemahan GBP/AUD akibat antisipasi data Inggris. Meski inflasi Inggris sesuai prediksi, komentar pejabat Bank Sentral Inggris (BoE) sebelumnya menduga inflasi di negara itu akan menurun hingga mendekati nol persen. Pernyataan ini kian memperkuat dugaan pasar akan ada penurunan inflasi Inggris di masa mendatang.
"Selain itu data ekonomi Inggris yang lainnya juga mengecewakan," jelas Deddy. Pelemahan GBP diprediksi masih terjadi hingga hari ini (18/2). "Tekanan berasal dari indikator ekonomi Inggris yang buruk. Hari ini juga data penting Inggris lain diprediksi tidak menunjukkan hasil memuaskan," kata Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News