kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.975.000   59.000   3,08%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Data ekonomi AS melemah, Wall Steet tersenyum


Jumat, 31 Mei 2013 / 06:30 WIB
Data ekonomi AS melemah, Wall Steet tersenyum
ILUSTRASI. Biaya vaksinasi booster Covid-19 yang dimulai pada Januari 2022 tidak akan ditanggung sepenuhnya oleh negara. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW YORK. Mayoritas saham yang diperdagangkan di bursa AS ditutup dengan positif. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 16.00 waktu New York, indeks Standard & Poor's 500 menanjak 0,4% menjadi 1.654,41. Sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,1% menjadi 15.324,53.

Sektor finansial menjadi sektor yang mencatatkan kenaikan paling besar di antara 10 sektor lainnya dalam indeks S&P 500 dengan lonjakan 1,1%. Salah satu penyumbangnya adalah kenaikan saham Bank of America Corp yang melompat 2,6%.

Selain itu, sejumlah saham yang pergerakannya juga turut mempengaruhi bursa AS antara lain: NV Energy Inc yang meroket 23% dan Clearwire Corp yang reli 29%.

Adapun salah satu sentimen yang mengerek kinerja bursa AS adalah data ekonomi AS yang lebih lemah dari prediksi serta kenaikan jumlah pengajuan klaim pengangguran AS memicu spekulasi bahwa the Federal Reserve akan mempertahankan stimulusnya.

"Hasil dari statistik yang dirilis pada hari ini adalah adanya kemungkinan pelaksanaan QE akan terus berlangsung. Selama persepsi itu tetap ada, hal itu akan berdampak positif pada aset-aset finansial," jelas Matthew Kaufler, fund manager Federated Investors Inc.

Catatan saja, pada pekan lalu, indeks S&P 500 anjlok 1,1% seiring pernyataan Pimpinan the Fed Ben S Bernanke bahwa bank sentral akan mengurangi stimulus karena pertumbuhan ekonomi AS yang stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×