Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
Meski begitu, reksadana saham masih menjadi produk dengan potensi return tertinggi karena profil risikonya yang lebih agresif. Sepuluh produk terbaik di kategori ini mencatat return antara 35,80% hingga 68,67%, meski dana kelolaannya hanya Rp 72,23 triliun.
Direktur Investasi Bahana TCW Investment Management, Doni Firdaus, optimistis prospek reksadana saham masih menjanjikan ke depan.
Ia menilai dukungan likuiditas tambahan dari pemerintah akan memperkuat daya beli masyarakat dan memberi efek positif terhadap pasar keuangan.
Baca Juga: Aset Dana Pensiun Masih Tumbuh di Tengah Tekanan PHK, Ini Penyebabnya
“Likuiditas ini berpotensi besar meningkatkan purchasing power masyarakat, yang pada akhirnya menjadi stimulus bagi pasar saham,” ujar Doni.
Ia juga mencatat sejumlah indikator ekonomi nasional menunjukkan perbaikan, seperti surplus neraca perdagangan dan penguatan sektor manufaktur domestik.
Namun, Doni mengingatkan pentingnya disiplin riset pasar dan penyesuaian portofolio agar investor tetap adaptif terhadap perubahan arah pasar.
Sementara itu, Eri Kusnadi menilai laporan keuangan emiten per kuartal III-2025 menunjukkan perbaikan di sektor consumer, sementara sektor perbankan masih bergerak sesuai ekspektasi analis.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Moncer Hingga September 2025, Begini Strategi Investasinya
Ia memperkirakan prospek industri reksadana akan semakin cerah memasuki awal 2026. “Prospeknya berpotensi membaik, terutama jika saham-saham blue chip mulai kembali perform seiring pemulihan ekonomi,” pungkasnya.
Selanjutnya: AFTECH Tekankan Pentingnya Tata Kelola di Tengah Masalah yang Menerpa Fintech Lending
Menarik Dibaca: 9 Daftar Jus Penambah Berat Badan, Jus Pisang Salah Satunya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













