Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan reksadana saham menyusut. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) total dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksadana saham turun secara bulanan atau month to month dari Rp 90 triliun menjadi Rp 88 triliun di bulan Februari 2023.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi Riawan menyampaikan, penyebab penurunan AUM reksadana saham bisa bervariasi dan melibatkan faktor-faktor seperti, aliran dana investor, perubahan portofolio, dan, kondisi pasar.
Dia menilai, penurunan AUM reksadana saham masih bersifat wajar, lantaran penurunan di Februari tidak signifikan. Menurut dia, sebagian dapat disebabkan faktor-faktor eksternal seperti ketidakpastian pasar global, adanya geo-politik, volatilitas pasar, dan perubahan kebijakan moneter.
Dengan demikian, sebagian besar investor berhati-hati dalam melakukan investasi di awal tahun ini, karena ada perhatian terkait risiko-risiko tersebut. Ditambah adanya Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sehingga investor juga masih wait and see.
Baca Juga: Reksadana Pasar Uang Catat Imbal Hasil Positif di Awal Tahun 2024, Simak Prospeknya
Meski begitu, Reza mengatakan, prospek reksadana saham untuk tahun 2024 cukup baik dan akan bertumbuh positif. Selain itu, ia menuturkan, kinerja reksadana saham milik HPAM juga berpotensi tumbuh positif pada tahun ini, karena didorong oleh pilihan saham yang berkualitas dan diversifikasi portofolio yang baik.
Ia menambahkan, terdapat sejumlah katalis yang akan mendorong kinerja reksadana saham di tahun ini. Katalis tersebut antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan lebih baik, peningkatan aktivitas industri terutama di sektor teknologi, hingga perawatan kesehatan.
“Kemudian juga adanya potensi kemajuan teknologi, seperti digitalisasi, e-commerce, dan fintech, yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor riil,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Sabtu (23/3).
Menurut dia, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah relatif murah di sekitar 13,8x P/E, jauh di bawah rata-rata historis lima tahun yang sebesar 17,75 kali. Dengan demikian, Reza berharap sentimen tersebut bisa menarik investor asing untuk masuk ke pasar saham Indonesia.
“Namun perlu diingat, bahwa pasar selalu berfluktuasi, dan risiko tetap ada. Investor perlu memantau kondisi pasar dan melakukan diversifikasi portofolio sesuai dengan tujuan investasi mereka,” kata dia.
Reza mengatakan, strategi manager investasi (MI) untuk memaksimalkan kinerja reksadana saham yakni, dengan melibatkan analisis mendalam terhadap perusahaan yang menjadi underlying saham dalam portofolio.
“MI akan memilih saham-saham yang memiliki potensi pertumbuhan dan mengelola risiko dengan baik. Diversifikasi portofolio juga menjadi kunci untuk mengurangi risiko. MI akan terus memantau kondisi pasar dan melakukan penyesuaian strategi sesuai kebutuhan,” imbuhnya.
Baca Juga: Tawarkan Likuiditas Tinggi, Reksadana Pasar Uang Catatkan Imbal Hasil Positif
Selanjutnya, dia mengatakan strategi investasi reksadana yang bisa diterapkan di kuartal I-2024 ini yaitu tetap mendiversifikasi aset. Investor bisa menyebar investasi ke berbagai jenis reksadana untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi imbal hasil.
Kemudian, memanfaatkan momentum pasar, yaitu memperhatikan perkembangan dan sentimen pasar, baik global maupun domestik, untuk menentukan waktu yang tepat untuk masuk atau keluar dari investasi reksadana.
“Investor juga bisa menyesuaikan dengan profil risiko, yaitu memilih jenis reksadana yang sesuai dengan toleransi dan kapasitas risiko masing-masing investor, serta tidak tergoda oleh imbal hasil yang tidak realistis,” imbuh Reza.
Sementara, CEO PT Pinnacle Persada Investama alias Pinnacle Investment, Guntur Putra mengatakan, penurunan AUM reksadana saham pada bulan Februari 2024, masih sangat normal karena tidak turun secara signifikan. Dia menilai, hal tersebut disebabkan sejumlah faktor, seperti penarikan investor, volatilitas pasar, dan realokasi portofolio dari investor.
“Menurut saya penurunan AUM reksadana saham ini masih cukup baik, walaupun untuk reksadana saham pasti kinerja akan lebih cenderung berfluktuasi, tapi secara long term masih baik,” ujar Guntur kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3).
Selain itu, Guntur menilai, potensi kinerja reksadana saham tergantung pada faktor-faktor seperti kondisi pasar global dan domestik, kebijakan moneter, serta kinerja atau earning quality dari sektor dan perusahaan.
Dia mengungkapkan, di Pinnacle Investment sendiri, strategi untuk memaksimalkan kinerja portofolio lebih mengutamakan terhadap aspek manajemen risiko dalam pengelolaan investasi, dan mengedepankan strategi kuantitatif hingga diversifikasi portofolio.
“Dengan hal tersebut diharapkan dapat bereaksi cepat terhadap perubahan pasar yang dinamis,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News