Reporter: Dina Farisah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Penundaan pengurangan (tapering off) stimulus oleh The Federal Reserve memicu kembalinya aliran dana asing ke surat utang negara (SUN). Dana asing ini masih berpotensi masuk, ditopang membaiknya data-data ekonomi Indonesia.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), Loto Srinaita Ginting mengatakan, aliran dana asing mulai menunjukkan data yang positif. Sejak Senin (16/9), dana asing kembali parkir di SUN. Menurut dia, kelanjutan stimulus AS menambah daya tarik investor asing untuk melarikan dananya ke emerging market seperti Indonesia.
Loto optimistis, dana asing akan bertahan jika didukung oleh positifnya sentimen dalam negeri berupa perbaikan defisit current account. "Kita harus menyehatkan kondisi makro ekonomi. Sebab, defisit current account menjadi alasan keluarnya dana asing," ujar Loto.
Per 23 September 2013, kepemilikan asing di SUN mencapai Rp 288,22 triliun. Kepemilikan asing ini bertambah Rp 4,21 triliun dibanding akhir Agustus 2013, termasuk hasil penerbitan sukuk global pada 17 September lalu.
Meski terus tumbuh, porsi kepemilikan asing terhadap total SUN yang dapat diperdagangkan masih lebih kecil dibanding bulan-bulan sebelumnya. Porsi kepemilikan asing per 23 September hanya 30,96%. Angka ini merosot jika dibandingkan dengan angka tertinggi April lalu sebesar 34,16%.
Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto mengatakan, isu pencabutan stimulus AS bergulir sejak Mei 2013. Sejak saat itu, investor melarikan uangnya ke obligasi Amerika Serikat (AS) alias US Treasury. Terjadi capital outflow dari pasar obligasi dan saham. Seiring dengan hal tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ikut melemah.
Kini, kondisi berbalik. Kepemilikan asing sudah masuk kembali meski ketidakpastian ke depannya masih tinggi. "Mungkin saja bulan berikutnya Fed mencabut stimulus. Namun, sejauh ini, perkembangan dana asing cukup positif," tutur Handy.
Menurut Handy, selain dipengaruhi faktor eksternal seperti kebijakan The Fed, aliran dana asing juga bergantung pada perkembangan defisit current account. Jika tren defisit current account kian menyempit terhadap produk domestik bruto (PDB), maka asing akan mempertimbangkan untuk tetap bertahan.
Selain itu, investor asing juga memperhatikan cadangan devisa Indonesia dan data inflasi. Adapun, ekspektasi investor adalah cadangan devisa dan nilai tukar rupiah yang stabil. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS perlu dijaga di kisaran 10.800-11.300.
Fixed Income Analyst PT Mega Capital Indonesia, M Adra Wijasena menuturkan, penundaan tapering The Fed justru menimbulkan ketidakpastian baru. Cepat atau lambat, The Fed akan kembali melempar wacana pengurangan stimulus. Namun, The Fed memastikan bahwa stimulus akan tetap digelontorkan sampai tingkat pengangguran dapat ditekan signifikan.
Secara jangka pendek, penundaan ini berdampak positif bagi Indonesia, setidaknya hingga akhir tahun. "Investor masih concern dengan pelemahan rupiah. Jika defisit current account tidak mampu diatasi, maka rupiah akan terus terdepresiasi," ungkap Adra.
Adra menambahkan, defisit current account dianggap tidak mengkhawatirkan investor jika berada di bawah 2% dari PDB. Selain faktor domestik, kenaikan suku bunga The Fed juga dapat mempengaruhi aliran dana asing.
Realisasi kenaikan suku bunga The Fed dapat menarik pulang dana asing ke AS. Sebab, kenaikan suku bunga Fed mengerek imbal hasil lebih menarik pada US Treasury yang dianggap relatif lebih aman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News