kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.351.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.750   24,00   0,14%
  • IDX 8.431   60,48   0,72%
  • KOMPAS100 1.169   9,81   0,85%
  • LQ45 851   7,30   0,86%
  • ISSI 295   2,20   0,75%
  • IDX30 445   2,03   0,46%
  • IDXHIDIV20 512   3,47   0,68%
  • IDX80 132   1,07   0,82%
  • IDXV30 137   0,52   0,38%
  • IDXQ30 141   1,09   0,78%

Dana Asing Keluar dari SBN dan Masuk ke Pasar Saham di Pekan Lalu, Ini Kata Analis


Senin, 17 November 2025 / 10:23 WIB
Dana Asing Keluar dari SBN dan Masuk ke Pasar Saham di Pekan Lalu, Ini Kata Analis
ILUSTRASI. berdasarkan data transaksi 10–13 November 2025, aliran modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia capai Rp 3,79 triliun


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aliran dana asing tercatat meninggalkan pasar keuangan Indonesia khususnya surat berharga negara (SBN). Namun, aliran dana asing terlihat mulai masuk ke pasar saham Indonesia di pekan lalu.

Bank Indonesia (BI) mencatat, berdasarkan data transaksi 10–13 November 2025, aliran modal asing keluar dari domestik atau nonresiden tercatat jual neto dari pasar obligasi dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Jual neto sebesar Rp 6,33 triliun di pasar SBN dan Rp 1,39 triliun di SRBI.

Sementara itu, aliran modal asing tercatat masuk ke pasar saham dalam negeri atau terjadi beli neto Rp 3,92 triliun di periode yang sama.

Baca Juga: PTPP Jual 81% saham PP Infrastruktur (PPIN) senilai Rp 1,41 triliun

Sayangnya, secara total, aliran dana asing masih keluar dari pasar keuangan Indonesia sebesar Rp 3,79 triliun pada pekan kedua November 2025 ini.

Jika ditarik lebih jauh, aliran dana asing sebenarnya juga sudah keluar Rp 34,68 triliun di seluruh pasar sejak awal tahun 2025, meskipun IHSG tercatat naik 18,23% year to date (YTD).

CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo mengamini bahwa aliran dana asing yang keluar dari SBN masuk ke pasar saham sepanjang pekan lalu.

Namun, net sell asing dari pasar saham diperkirakan akan terus terjadi hingga akhir Desember 2025, meskipun tidak masif.

Ini lantaran akan ada aksi profit taking di sisa tahun 2025 ini setelah IHSG berkali-kali cetak rekor all time high (ATH) yang disertai mengecilnya peluang pemangkasan suku bunga The Fed di Desember 2025.

“Yang bisa mengompensasi net sell secara YTD adalah kinerja emiten-emiten yang memiliki daya tarik secara fundamental jangka panjang dan sektor bisnis yang saat ini sedang naik daun, seperti energi, properti, keuangan, dan infrastruktur,” katanya kepada Kontan, Sabtu (15/11/2025).

Baca Juga: IHSG Tembus ke Atas 8.409 di Pagi Ini (17/11), Top Gainers LQ45: SCMA, UNVR, MAPI

Pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan, data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa ada net buy asing sebesar Rp4,84 triliun pekan lalu di seluruh pasar.

Masuknya dana asing ke pasar saham disebabkan oleh suku bunga BI yang turun dan hasil kinerja keuangan emiten per kuartal III 2025 yang di atas ekspektasi. “Juga karena masuknya beberapa saham ke indeks global,” katanya kepada Kontan, Minggu (16/11/2025).

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su mengatakan, net sell yang masih besar secara YTD membuat peluang potensi pembalikan menjadi net buy asing masih terbatas di akhir tahun nanti.

Risiko net sell kembali juga tetap ada, terutama jika volatilitas global meningkat, seperti data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih panas, atau terjadi profit-taking setelah reli kuat di beberapa saham berkapitalisasi pasar besar.

“Secara umum, sentimen sampai akhir tahun masih konstruktif selama likuiditas global membaik dan Bank Indonesia (BI) menjaga stabilitas rupiah,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (14/11/2025).

Baca Juga: BEI Suspensi Saham MORA dan KDTN Mulai Perdagangan Sesi I Senin (17/11)

Jika terjadi net sell, ada kemungkinan investor asing menaruh dana di pasar saham Korea Selatan atau Vietnam. Kedua bursa negara itu tengah menjadi primadona di pasar Asia.

“Atau bisa masuk ke dua yang kinerjanya paling terpuruk, yaitu Thailand dan Filipina untuk mendapatkan valuasi yang murah,” paparnya.

Selanjutnya: Arus Kas Menguat, Multitrend Indo (BABY) Siap Bertransformasi

Menarik Dibaca: Naik Lagi ke Level 8.414, IHSG Kembali Mendekati Level Tertinggi (17/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×