kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dampak negatif virus corona masih akan menekan kurs rupiah


Jumat, 13 Maret 2020 / 21:53 WIB
Dampak negatif virus corona masih akan menekan kurs rupiah


Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan rupiah masih berlanjut hingga penutupan pasar pekan ini. Berdasar pasar spot Jumat (13/3), hari ini rupiah melemah 1,76%. Dalam sepekan, rupiah spot melemah 3,76% ke Rp 14.778 per dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah spot menyentuh level terlemah sejak November 2018.

Kompak, kurs tengah Bank Indonesia juga mencatat pelemahan rupiah hingga 3,84%. Rupiah bahkan ditutup pada posisi Rp 14.815 per dollar AS. Dalam sehari ini saja, rupiah melemah 2,24% ke Rp 14.815 per dolar AS. Ini adalah posisi terlemah kurs Jisdor juga sejak November 2018.

Analis Global Kapital Investama Berjangka Alwy Assegaf menilai, merosotnya rupiah pekan ini disebabkan oleh kepanikan pasar yang begitu tinggi akibat wabah virus corona. Jumlah korban yang terinfeksi di luar China pun semakin meningkat. Itu berbanding terbalik dengan China yang telah berangsur pulih. Kabar teranyar datang dari Pemerintah Italia yang telah mengisolasi total seluruh wilayah.

Baca Juga: Rupiah berada di level paling buruk sejak November 2018, masih bisa melemah lagi

Keadaan pasar semakin parah setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyatakan larangan untuk wisatawan luar Amerika Serikat, khususnya Eropa. Dengan adanya larangan itu, aktivitas bisnis pun kena imbas.

Sektor pariwisata dan penerbangan berpotensi untuk alami kerugian akibat pembatasan tersebut. “Di satu sisi, adanya perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia kian membuat pelaku pasar semakin panik,” kata Alwy.

Kondisi tersebut membuat pelaku pasar cenderung mengamankan aset-aset berisikonya. Rupiah dianggap sebagai aset berisiko yang memiliki imbal hasil yang tinggi. Sehingga, di tengah kondisi yang tak kondusif, pelaku pasar cenderung menghindari rupiah.

Baca Juga: Tenor pendek bakal jadi incaran di lelang SUN pekan depan

Mengacu kondisi saat ini, World Health Organization (WHO) telah menyatakan wabah virus corona sebagai pandemic global. Wabah yang telah tersebar sejak akhir tahun lalu ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian global. Untuk menghadapi kondisi tersebut, berbagai negara melalui bank sentralnya masing-masing telah berupaya menggelontorkan stimulus kepada pasar.

Mengutip Reuters, The Federal Reserve AS kembali menyuntikkan dana sebesar US$ 500 miliar dan berencana untuk menambah US$ 1 triliun pada Kamis (12/3). Sedang, Bank Sentral Jepang juga akan memberikan obligasi pemerintah 5 – 10 tahun senilai 200 miliar yen Jepang serta akan kembali menyuntikkan 1,5 triliun yen Jepang sebagai pinjaman.

Sedang, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga telah menyiapkan beberapa kebijakan fiskal. Salah satunya memberikan fasilitas penundaan pajak. Alwy melihat kondisi fundamental Indonesia yang relatif cukup baik belum bisa menandingi derasnya sentimen negatif akibat virus corona. Imbasnya, rupiah pun merosot. Padahal, pemangkasan suku bunga bulan Februari telah dilakukan oleh Bank Indonesia.

Baca Juga: Pertumbuhan kredit melemah, likuiditas sejumlah bank ini melimpah

Kondisi cadangan devisa Indonesia yang baik juga belum bisa menahan turunnya rupiah. “Sentimen positif dari pemerintah tertutupi oleh dampak persebaran virus corona yang masif,” kata Alwy.

Ke depan, rupiah masih akan tertekan. Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pekan depan dinilai dapat membatasi pelemahan rupiah. Meski begitu, Alwy menilai upaya itu hanya berlangsung sementara. Pasalnya, virus corona belum menunjukkan tanda-tanda usai.

Apabila telah mereda, Alwy memprediksi dampak virus corona masih akan dirasakan oleh Indonesia. Imbas dari wabah virus corona tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I sehingga akan mempengaruhi pergerakan rupiah ke depan. “Jika PDB kuartal I melambat, penyebabnya adalah efek virus corona,” kata Alwy.

Baca Juga: Seberapa efektif paket stimulus ekonomi? Begini penjelasan ekonom

Di samping itu, data perdagangan Indonesia yang dijadwalkan rilis pekan depan akan turut berdampak pada rupiah dalam jangka pendek. Pasalnya, Alwy menilai hasil data perdagangan Indonesia kemungkinan akan menjadi batu sandungan bagi rupiah.

Alwy justru melihat sentimen positif akan datang dari sisi dolar AS. Kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga akan menjadi pendorong rupiah untuk naik.

Melihat kondisi itu, Alwy menghitung rupiah di kuartal I akan bergerak di rentang Rp 14.585 per dolar AS–Rp 15.000 per dolar AS. Sementara, di akhir tahun diprediksi akan bergerak di kisaran Rp 14.130 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×