Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) bergerak cukup volatile tahun ini. Namun, angka permintaan yang sempat turun membuat laju harga cenderung tertekan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (2/9) pukul 21.00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman November 2016 di Malaysia Derivative Exchange melambung 3% ke level RM 2.598 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga CPO menanjak 1,8%.
Harga CPO mulai menanjak didukung oleh kenaikan permintaan. Namun, jika melihat pergerakan harga dalam delapan bulan pertama tahun ini, CPO cenderung tertekan. Harga CPO bertengger di RM 2.526 per metrik ton pada penutupan 30 Agustus lalu. Selama delapan bulan pertama tahun ini, CPO tergerus 0,7%.
Wahyu Tri Wibowo, Analis PT Central Capital Futures menjelaskan, efek badai El Nino yang menekan angka produksi kelapa sawit menjaga harga CPO di saat komoditas lain mengalami tekanan cukup signifikan. Tekanan tersebut datang dari penguatan USD lantaran spekulasi kenaikan suku bunga The Fed.
Harga CPO mencapai level tertinggi setidaknya sejak tahun 2014 pada akhir Maret lalu di RM 2.658 per metrik ton. Turunnya angka produksi dari dua produsen terbesar yakni Indonesia dan Malaysia mendukung kenaikan harga CPO. "Juga didukung oleh perbaikan tren komoditas terutama minyak mentah akibat pelemahan USD. Saat itu The Fed belum yakin untuk menaikkan suku bunga," papar Wahyu.
Namun, harga CPO kembali terperosok hingga ke RM 2.172 per metrik ton pada 12 Juli, atau merupakan level terendah sejak September 2015. Malaysia menaikkan pajak ekspor CPO dari 0% ke 5% di bulan April dan 6% bulan Juli. Hal ini diikuti oleh penurunan ekspor CPO Malaysia bulan Juni.
Naiknya angka pasokan akibat ekspor yang rendah menambah tekanan pada harga. Sementara puncak musim Ramadhan yang sudah berakhir tidak lagi mendukung kenaikan harga. Di saat yang sama, keluarnya Inggris dari Uni Eropa turut menyeret harga komoditas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News