kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

CVC berniat melego saham LINK senilai US$ 500 Juta


Jumat, 13 Juni 2014 / 05:51 WIB
CVC berniat melego saham LINK senilai US$ 500 Juta
ILUSTRASI. 5 Tips Kecantikan untuk Mendatangkan Keberuntungan di Hari Imlek.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA.  Belum genap dua pekan masuk bursa, rumor sudah mendera PT Link Net Tbk (LINK). CVC Capital Partners, salah satu pemegang saham, dikabarkan bakal menjual kepemilikannya di LINK dalam waktu dekat. Nilai penjualan saham itu ditaksir US$ 500 juta.

Seorang sumber yang dikutip The Wall Street Journal, menuturkan, CVC menjajaki beberapa bank untuk menjadi penasihat (advisor) demi melanggengkan transaksi itu. Penjualan saham ini direncanakan pekan depan. Tapi sumber itu belum membuka berapa persen saham yang siap dijual.

Saat ini saham LINK terus naik hingga tiga kali lipat dari harga perdana saat initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Dengan melego sahamnya, CVC tentu bakal mendapat dana lumayan besar. Saat dikonfrimasi, Andy Purwohardono, Direktur LINK, yang juga memegang posisi di CVC tak banyak komentar. Dia hanya bilang, CVC masih berkomitmen penuh di LINK. "Kami baru listing. Jadi mungkin spekulasi saja. Lihat nanti, saya belum bisa komentar," ujar dia, kepada KONTAN, Kamis (12/6).

CVC memiliki saham LINK melalui Asia Link Dewa Pte Ltd. Pada saat IPO, Senin (2/6) lalu, CVC melalui Asia Link justru menambah kepemilikan di LINK sebesar 15,06% menjadi 49% dari semula 33,94%. Nilai transaksi itu Rp 736,8 miliar. Aksi itu dilakukan melalui transaksi tutup sendiri (crossing) di pasar negosiasi pada harga Rp 1.608 per saham.

Alhasil, kepemilikan PT First Media Tbk (KBLV) di LINK menyusut menjadi 41% dari sebelumnya 56,06%. Tapi sesuai perjanjian, CVC tak akan menjadi pengendali LINK meski mayoritas.

CVC mulai membenamkan modal di LINK di tahun 2011. Kala itu, CVC menginvestasikan US$ 275 juta dan belakangan menambah sahamnya hingga 49%. Saat IPO, saham LINK yang dijual ke publik hanya saham divestasi milik KBLV. Saat ini porsi publik di LINK hanya 10%.

Jika CVC sukses menjual saham LINK, transaksi ini menjadi divestasi teranyar mereka di Indonesia. Selain di LINK, CVC menyebarkan portofolionya di beberapa emiten Grup Lippo. Misalnya,   tahun lalu CVC melalui Asia Color menjual saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) senilai US$ 1,3 miliar. Pada Maret 2014, CVC kembali menjual sahamnya di LPPF sebesar US$ 214 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun.

Investor harus tetap cermat dan waspada atas akrobat yang kembali melibatkan Grup Lippo. Analis menilai, harga saham LINK bergerak anomali. Pada saat IPO, harga LINK dibanderol Rp 1.600 per saham. Ketika debut perdana, saham ini langsung melejit 25% dan bahkan menyentuh batas atas autoreject di level Rp 2.400.

Saham LINK terus menanjak dan mempertahankan posisi top gainer dalam beberapa hari. Kini saham LINK sudah di posisi Rp 4.995 per saham alias sudah naik hingga 212,18% dalam waktu sembilan hari saja.

Atas dasar itu, LINK masuk dalam radar otoritas BEI dan dikategorikan sebagai unusual market activity (UMA). Analis Reliance Securities, Alan Milgerry mengatakan, pergerakan saham LINK tak mencerminkan prospek fundamentalnya. Dia menyarankan investor berhati-hati menilai aksi korporasi ini.

"Saham ini agaknya juga banyak dipegang asing, tapi secara fundamental prospeknya tak terlalu bagus," ujar dia. Menanggapi penjualan saham CVC, Alan bilang, selama pengendalian masih di bawah KBLV, tak akan banyak imbas atas prospek LINK dalam jangka panjang.

Dia menilai, LINK masih memiliki banyak risiko, terlebih karena ekspansinya yang cukup terbatas. Apalagi, dana IPO LINK malah dipakai untuk ekspansi induknya. "Perseroan ini juga cukup konservatif dalam ekspansi padahal industrinya bagus. Ada kemungkinan sahamnya tak likuid seperti induknya, KBLV," ujar Alan.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, mengatakan, investor harus cermat melihat aksi korporasi ini, lantaran bisa menjatuhkan harga LINK. Investor harus sabar menunggu informasi, di harga berapa CVC melepas saham LINK. Soalnya, bisa jadi, saham LINK akan terseret ke level tersebut. "Kalau ada tender offer, ya, mungkin bagus untuk ritel," kata dia.

Karena prospek jangka panjang belum jelas, Alan merekomendasikan netral saham ini. Adapun Satrio tak memberi rekomendasi atas saham LINK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×