Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan kinerja keuangan emiten Grup Bakrie masih didominasi catatan kerugian. Kondisi ini turut berdampak pada performa harga saham yang dianggap masih belum prospektif.
Beberapa emiten grup Bakrie yang sudah merilis laporan keuangan antara lain PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). DEWA masih merugi US$ 2,13 juta di semester pertama tahun lalu. Padahal di periode yang sama tahun lalu masih membukukan laba US$ 43.397.
Sedangkan kerugian BNBR melonjak dari periode Januari-Juni 2017 Rp 451,78 miliar menjadi Rp 1,70 triliun pada periode yang sama tahun ini. Angka kerugian BTEL turun 8,12% dari Rp 587,88 miliar di semester I-2017 menjadi Rp 540,11 miliar tahun ini.
Namun, PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) justru mencatatkan kinerja sebaliknya. Emiten properti ini mencatatkan lonjakan signifikan pada laba periode berjalan dari Rp 33,11 miliar semester I-2017, menjadi Rp 3,02 triliun tahun ini.
"Ini disebabkan, keuntungan atas penyelesaian utang obligasi equity link bond (ELB) sebesar Rp 3,07 triliun," kata Yudy Rizard Hakim, Sekretaris Perusahaan ELTY kepada Kontan.co.id, Jumat (3/8).
Dengan selesainya restrukturisasi obligasi konversi, maka jumlah utang mengandung bunga Bakrieland turun 71% dari Rp 5,76 triliun menjadi Rp 1,65 triliun. "Itu sekaligus meningkatkan kinerja keuangan ELTY selama enam bulan terakhir," jelasnya.
Berdasarkan Final Notice melalui Pengadilan Tinggi Singapura pada Maret 2018, seluruh utang dan kewajiban Perseroan terkait skema restrukturisasi telah selesai. Yudy juga mengungkapkan, bahwa secara strategis penyelesaian utang obligasi (ELB) tersebut, merupakan pencapaian yang telah sesua dengan rencana aksi korporasi Perseroan.
"Di sisi lain, kami tetap menyelesaikan proyek-proyek yang sedang berjalan. Ini untuk mengejar target kinerja yang telah ditetapkan tahun ini," tandasnya.
Penyelesaian utang ini juga tampak pada penurunan liabilitas ELTY dari Rp 7,92 triliun per akhir Desember 2017 menjadi Rp 4,15 triliun pada akhir Juni 2018. Sedangkan ekuitas emiten properti ini naik dari Rp 6,16 triliun menjadi Rp 9,88 triliun pada periode yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News