kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CPO catatkan performa mengkilap di 2016


Jumat, 30 Desember 2016 / 19:28 WIB
CPO catatkan performa mengkilap di 2016


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Produksi yang tergerus menjadi faktor utama yang terus menopang kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sepanjang tahun 2016 ini. Analis pun masih memandang optimistis pergerakan harga CPO di awal tahun 2017 mendatang mengingat kebutuhan yang masih akan tinggi jelang perayaan Imlek.

Mengutip Bloomberg, Jumat (30/12) pukul 16.45 WIB harga CPO kontrak pengiriman Maret 2017 di Malaysia Derivative Exchange merangkak naik 0,28% di level RM 3.115 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Harga ini pun terhitung sudah melambung 21,82% sejak akhir tahun 2015 silam.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures menjelaskan sejak awal tahun 2016 harga CPO memang sudah dibalut katalis positif. Pasalnya badai El-Nino masih terus membayangi aktivitas produksi perkebunan CPO di Indonesia dan Malaysia.

Sementara kebutuhan sendiri justru meningkat salah satunya berkat kebijakan pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk menggiatkan penggunaan biodiesel dalam negerinya.

“Sehingga dari permintaan dan pasokan terus tarik menarik, wajar saja harga berpeluang tutup tahun 2016 di atas RM 3.000 per metrik ton,” tutur Wahyu.

Dukungan kenaikan harga CPO semakin bertambah setelah nilai tukar Ringgit Malaysia terus menukik. Sejak akhir tahun 2015 lalu hingga pukul 15.25 WIB posisi USD/MYR sudah merosot 4,46% ke level 4,4862 per dollar AS.

Dengan rendahnya posisi Ringgit Malaysia maka harga jual CPO pun jadi murah. Permintaan semakin terdongkrak maka tidak heran harga terus melambung. “Kekuatan USD jelas memojokkan posisi mata uang lainnya yang berlawanan termasuk Ringgit Malaysia apalagi ditambah dengan performa ekonomi dalam negeri Malaysia yang memburuk,” jelas Wahyu.

Faktor ini pula yang turut menggiring harga CPO menyentuh level tertingginya setidaknya sejak 2014 lalu di RM 3.161 per metrik ton pada 15 Desember 2016. Selain pada pekan itu Ringgit Malaysia terhitung melemah, produksi CPO Malaysia November 2016 yang dilaporkan oleh Malaysia Palm Oil Board (MPOB) juga menukik 6,1% menjadi 1,57 juta metrik ton dibanding bulan sebelumnya.

Sementara ekspor CPO Indonesia Oktober 2016 yang dirilis GAPKI justru melambung 39% menjadi 2,41 juta metrik ton atau merupakan level tertingginya dalam dua tahun terakhir.

Lantas Wahyu menduga di kuartal satu 2017 mendatang harga CPO akan tetap pertahankan tren bullish-nya. “Pasokan dari dua produsen CPO terbesar dunia yakni Malaysia dan Indonesia masih akan menipis akibat cuaca yang belum stabil,” tebak Wahyu.

Sehingga menurutnya kecil kemungkinan harga CPO akan kembali ke level terendahnya sejak September 2015 lalu di RM 2.201 per metrik ton yang tersentuh pada 12 Juli 2016 lalu. Hal tersebut terjadi karena mengempisnya impor dari India selama dua bulan beruntun akibat rendahnya harga minyak kedelai yang mendorong permintaan minyak kedelai di India melonjak tajam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×