Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) tertekan di tengan proyeksi kenaikan ekspor CPO Indonesia. Sepinya perdagangan menjelang akhir tahun serta penguatan dollar AS menjadi penghadang laju CPO, namun tidak mengubah outlook positif dalam jangka panjang.
Mengutip Bloomberg, Jumat (23/12) harga CPO kontrak pengiriman Maret 2017 di Malaysia Derivative Exchange melemah 0,49% ke level RM 3.061 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Sedangkan dalam sepekan harga terkoreksi hingga 3,16%.
Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka menjelaskan, koreksi harga CPO merupakan hal yang wajar menjelang akhir tahun. Tekanan pada harga juga tidak lepas dari penguatan dollar AS setelah rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2016 naik di level 3,5% dari sebelumnya 3,2%. Tren penguatan dollar AS masih terjaga oleh spekulasi kenaikan suku bunga The Fed sebanyak tiga kali tahun depan. "Ini yang membawa tekanan pada harga komoditas termasuk CPO," tuturnya.
Kenaikan ekspor CPO Indonesia rupanya gagal menjaga penguatan CPO. Berdasarkan survey Bloomberg terhadap analis, pedagang, penyuling dan petani, ekspor minyak sawit Indonesia bulan November meningkat 5,4% menjadi 2,54 juta ton dibanding bulan sebelumnya.
Angka ekspor tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015. Produksi CPO Indonesia kemungkinan turun 4,8% menjadi 3,38 juta ton bulan November sedangkan cadangan diperkirakan turun 1,4% menjadi 2,15 juta ton.
Data resmi dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) baru akan dirilis bulan Januari mendatang. Tak jauh berbeda, produksi CPO Malaysia bulan November juga turun 6,1% akibat cuaca buruk.
Ibrahim mengatakan, ekspor CPO memang cenderung naik di akhir tahun lantaran negara konsumen ingin meningkatkan cadangan untuk awal tahun depan. Maka tak heran jika survey menunjukkan kenaikan ekspor CPO Indonesia di bulan November.
Sayang, sentimen positif ini sulit mengangkat harga hingga akhir tahun. "Pasar masih
serta mengurangi transaksi menjelang akhir tahun," lanjutnya.
Meski demikian, ada harapan CPO kembali menguat di awal tahun 2017 lantaran produsen minyak mulai melaksanakan kesepakatan pembatasan produksi. Hal tersebut akan mengangkat harga minyak dan berimbas pada kenaikan harga CPO.
Ibrahim melihat outlook jangka panjang CPO masih positif, dengan dukungan utama dari sisi permintaan. Selain dukungan permintaan biodiesel, pabrik bioavtur juga sedang dikembangkan di Indonesia maupun China. Dalam jangka panjang, proyek ini tentu akan mendorong kenaikan permintaan CPO sebagai campuran bahan bakar avtur.
Di kuartal I-2017 Ibrahim memprediksi CPO akan bergerak pada rentang RM 2.900 - RM 3.350 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News