Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sentimen negatif yang berasal dari dua negara besar China dan Amerika Serikat (AS) menggerus harga paladium.
Mengacu Bloomberg pada Jumat (15/1), harga paladium kontrak pengiriman Maret 2016 di bursa New York Mercantile Exchange merosot 0,85% dibandingkan hari sebelumnya ke level US$ 487,05 per ons troi. Sepekan, harga paladium menukik 1,32%.
Pengamat Komoditas PT Garuda Berjangka, Ibrahim menjelaskan, penurunan harga paladium disebabkan oleh dua faktor.
Pertama, kekhawatiran pelaku pasar terhadap perlambatan ekonomi China. Maklum, Negeri Tirai Bambu merupakan pengguna sekaligus produsen komoditas terbesar di dunia. Apabila negeri tersebut berkontraksi, harga komoditas termasuk paladium juga rentan koreksi.
Pada Selasa (19/1), China bakal merilis pertumbuhan ekonomi per kuartal IV 2015 yang diprediksi 6,9%, serupa dengan pencapaian kuartal III 2015. "Tahun 2016 pertumbuhan ekonomi China dinilai sekitar 6,3%. Mengkhawatirkan bagi komoditas," tuturnya.
Kedua, rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed. Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp Barnabas Gan menerawang, The Fed mungkin mengerek suku bunga acuan hingga tiga kali pada tahun 2016.
Pengetatan kebijakan moneter tersebut akan menguatkan dollar AS. Imbasnya, permintaan paladium bisa tergerus karena diperdagangkan dalam mata uang yang kian mahal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News