kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,49   -13,02   -1.39%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cetak Pertumbuhan Kinerja, Intip Rekomendasi Saham-Saham Emiten Menara Berikut Ini


Minggu, 11 September 2022 / 18:30 WIB
Cetak Pertumbuhan Kinerja, Intip Rekomendasi Saham-Saham Emiten Menara Berikut Ini
ILUSTRASI. Menara?telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk alias Mitratel. Sejumlah emiten menara mencetak kenaikan kinerja pada paruh pertama tahun ini.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten menara mencetak kenaikan kinerja pada paruh pertama tahun ini. Misalnya saja PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) yang membukukan laba bersih Rp 891,54 miliar hingga Juni 2022. Realisasi laba tersebut tumbuh 27,22% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 700,74 miliar.

Kenaikan laba Dayamitra Telekomunikasi terjadi seiring pertumbuhan pendapatan sebesar 15,52% menjadi Rp 3,72 triliun di semester I 2022. Sebagai pembanding, pendapatan MTEL di semester I 2021 sebesar Rp 3,22 triliun.

Selanjutnya, ada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang mencatatkan pendapatan senilai Rp 5,32 triliun atau naik 34% dari semester pertama tahun lalu Rp 3,97 triliun. Adapun Sarana Menara Nusantara memperoleh laba bersih sebesar Rp 1,69 triliun atau naik tipis dari periode sama tahun lalu Rp 1,68 triliun.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan menilai, kinerja kedua emiten menara tersebut inline dengan estimasinya. Ia bilang, kinerja emiten menara didorong permintaan kebutuhan data seluler tetap kuat, sehingga permintaan ke emiten menara juga masih meningkat.

"Apalagi ada peluang untuk fiberisasi menara yang diharapkan bisa lebih efisien," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/9).

Baca Juga: Diantara Saham Emiten Menara Ini, Mana yang Paling Menarik?

Lebih lanjut, Steven memprediksi, kinerja emiten menara masih akan melanjutkan pertumbuhan hingga tutup akhir tahun ini. Setelah kontrak berakhir, masih ada peluang bagi emiten menara untuk mengerek harga sewa yang disesuaikan dengan besaran inflasi.

Sementara itu, sentimen negatif untuk sektor menara yakni kebutuhan belanja modal yang lebih gede ketimbang estimasinya. Belanja modal umumnya didanai dari pihak ketiga baik itu bank maupun menerbitkan obligasi.

"Nah, ini mungkin ada risiko dari ancaman era suku bunga tinggi, tergantung bank sentral apa masih akan terus mengerak suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR)," tambah Steven.

Namun, jika kenaikan BI7DRR tidak begitu signifikan, menurut Steven, seharusnya hal ini tidak begitu berpengaruh terhadap rencana pendanaan dari si emiten menara misalnya untuk kebutuhan refinancing.

Dari sektor ini, Steven memilih saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL). Ia mempertahankan rekomendasi saham MTEL dengan peringkat buy dengan target harga Rp 950 per saham, karena kemampuannya untuk menumbuhkan rasio tenansi di kuartal II-2022 menjadi 1,52 kali dari 1,51 kali di kuartal sebelumnya meskipun intensitas persaingan di industri lebih tinggi.

Selain diperdagangkan dengan valuasi yang tergolong masih murah yakni hanya 2,2 kali dan 1,4 kali dari rasio EV/Tower dan EV/Tenant masing-masing dibandingkan dengan TOWR sebesar 3,2 kali dan 1,7 kali dan TBIG sebesar 4,8 kali dan 2,5 kali

"Kami juga menyukai MTEL karena lebih banyak asetnya di luar Jawa, yang diharapkan dapat menjadi pilihan yang lebih menguntungkan bagi operator telekomunikasi untuk memperluas jaringannya dengan strategi kolokasi daripada membangun yang baru," kata Steven.

Dalam risetnya Juli 2022, Analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis menuliskan langkah perusahaan telekomunikasi mematikan BTS 3G secara bertahap telah memberikan ruang cukup banyak untuk BTS 4G di lokasi menara saat ini.

Adapun dari segi rasio sewa sudah mendekati dua kali untuk TBIG dan TOWR, yang merupakan tingkat kolokasi maksimal. Jejak menara yang besar akan menjadi pondasi bagi tonggak berikutnya untuk menjadi perusahaan infrastruktur digital.

Perusahaan-perusahaan menara ini juga telah berinvestasi selama bertahun-tahun dalam infrastruktur. Saat ini TOWR memiliki 29.011 menara setelah melalui serangkaian merger dan akuisisi.

Sementara MTEL mempunyai 28.577 menara, dan TBIG memiliki 20.871 total situs. Ke depan, portofolio menara akan terus tumbuh dan memberikan jejak besar bagi pertumbuhan jaringan telekomunikasi untuk fiberisasi dan bisnis baru.

Di lain sisi, BRI Danareksa Sekuritas menilai, TOWR dan TBIG harus mendapatkan modal tambahan karena leverage keuangan saat ini menjadi relatif tinggi untuk TBIG dan sekarang TOWR, sekitar 4,7 kali dan 4,4 kali utang bersih/EBITDA, tetapi dari segi sektor hampir dikonfigurasi secara optimal.

BRI Danareksa Sekuritas saat ini menyukai saham MTEL karena kecukupan likuiditasnya, dan TOWR karena posisinya yang paling awal dalam fiberisasi.

BRI Danareksa Sekuritas memberikan rekomendasi buy untuk saham MTEL dengan target harga Rp 1.040, TOWR dengan target harga Rp 2.000, dan TBIG dengan target harga Rp 3.200 per saham.

Baca Juga: Analis Rekomendasi Beli Saham MTEL Saat Harganya Tengah Turun, Ini Alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×