kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   -23.000   -1,19%
  • USD/IDR 16.561   1,00   0,01%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Diantara Saham Emiten Menara Ini, Mana yang Paling Menarik?


Minggu, 11 September 2022 / 16:24 WIB
Diantara Saham Emiten Menara Ini, Mana yang Paling Menarik?
ILUSTRASI. Kenaikan dolar AS dapat menjadi sentimen negatif bagi emiten menara yang memiliki porsi utang dolar cukup besar.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih akan menguat menjelang rilis data inflasi AS. Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menilai, kenaikan dolar AS dapat menjadi sentimen negatif bagi emiten menara yang memiliki porsi utang dolar cukup besar.

Analis BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin mengatakan, emiten menara yang mempunyai utang dolar AS besar akan terdampak oleh penguatan dolar AS.

Ia mencontohkan ada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang memiliki eksposur utang mata uang asing. "Misalnya TOWR memiliki utang dalam dolar AS sekitar atau lebih dari 5%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/9).

Jika menilik laporan keuangan TOWR, hingga Juni 2020 total liabilitas jangka pendek tercatat senilai Rp 14,50 triliun.

Baca Juga: Mitratel (MTEL): Konsolidasi Menara Telkom Grup Positif Bagi Industri Telekomunikasi

Sementara itu, Fakhrul menilai untuk potensi kenaikan inflasi dalam negeri tak akan berpengaruh terhadap permintaan akan sewa tower.

Ke depannya, Fakhrul memandang saham-saham emiten menara masih cukup bagus. Dari sisi kinerja juga masih berpotensi melanjutkan pertumbuhan hingga tutup tahun 2022. Dimana pendapatan sewa tower masih akan meningkat.

"Sentimen positif emiten sektor menara meliputi permintaan dari operator yang masih tinggi, data trafik yang terus meningkat, hingga alokasi capex dari telko juga naik semua tahun ini," paparnya.

Hanya saja, menurut Cheryl, pertumbuhan emiten menara berpotensi terbatas karena sentimen negatif seperti kenaikan suku bunga dalam negeri yang berpotensi naik hingga 100bps dan dapat menggerus laba emiten. Selain itu, menurunnya daya beli masyarakat akibat inflasi juga jadi katalis negatif.

Dari jajaran sektor saham menara, Cheryl menjagokan saham TOWR dan TBIG lantaran dari segi valuasi menarik dan lebih murah daripada saham MTEL. Ia memberikan rekomendasi hold untuk TOWR dengan target harga Rp 1.280 per saham dan TBIG dengan target harga di Rp 2.950 per saham.

Baca Juga: Analis Rekomendasi Beli Saham MTEL Saat Harganya Tengah Turun, Ini Alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×