kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   12.000   0,53%
  • USD/IDR 16.625   22,00   0,13%
  • IDX 8.166   -3,25   -0,04%
  • KOMPAS100 1.116   1,38   0,12%
  • LQ45 785   -0,49   -0,06%
  • ISSI 290   2,10   0,73%
  • IDX30 411   -1,02   -0,25%
  • IDXHIDIV20 464   1,23   0,27%
  • IDX80 123   0,22   0,18%
  • IDXV30 133   0,73   0,55%
  • IDXQ30 129   0,06   0,05%

Cermati Rekomendasi Saham Emiten Properti Kawasan Industri yang Layak Dilirik


Kamis, 09 Oktober 2025 / 05:05 WIB
Cermati Rekomendasi Saham Emiten Properti Kawasan Industri yang Layak Dilirik
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham untuk emiten properti kawasan industri yang ditopang investasi dari ekosistem EV


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten kawasan industri makin prospektif di kuartal IV-2025. Salah satu sentimen positif bagi kawasan industri berasal dari investasi ekosistem electric vehicle (EV).

Lihat saja, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang ditopang pertumbuhan kawasan di Subang Smarpolitan yang mulai menarik investasi sejumlah tenant usai beroperasinya Jalan Tol Subang-Patimban dan Pelabuhan Patimban.

Analis Bahana Sekuritas Indonesia, Arvin Lienardi mengatakan, kinerja SSIA juga didorong oleh dibukanya pabrik BYD di kawasan industri Subang. 

Apalagi, masuknya investasi Grup Djarum sebesar Rp 3 triliun dan investasi 6,05% saham SSIA oleh Grup Barito via PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). 

Baca Juga: 22 Pabrik di Kawasan Industri Cikande Terkontaminasi Radioaktif Caesium 137

“Kehadiran BYD di area tersebut membuktikan reputasi kuat SSIA,” ujarnya dalam riset tertanggal 6 Oktober 2025.

Saham SSIA naik 1,96% dalam sebulan terakhir dan melesat 54,65% sejak awal tahun alias year to date (YTD).

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, jika dilihat pergerakannya, SSIA naik secara YTD berkat kombinasi dua sentimen kuat.

Yaitu, masuknya BYD di Subang Smartpolitan dan ekspektasi sinergi proyek energi hijau Grup Barito di kawasan tersebut.

“Market menilai SSIA punya katalis konkret dan visibilitas pendapatan yang kuat untuk 2026 ke depan,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (8/10).

Sayangnya, saham emiten di industri yang sama, terpantau turun. PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) turun 0,74% dalam sebulan dan turun 9,40% YTD.

 

Saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) juga turun 7,07% dalam sebulan dan terkoreksi 1,08% YTD.

Sementara saham KIJA dan DMAS relatif tertinggal karena pipeline penjualan lahan baru mereka belum seagresif SSIA. Hal itu juga ditambah faktor valuasi yang udah lebih tinggi sebelumnya. 

“Jadi perbedaan performa ini bukan sekadar hype, tapi juga soal narrative clarity. SSIA punya cerita besar yang sedang ‘on progress’,” ungkapnya.

Wafi melihat, prospek emiten kawasan industri masih positif di semester II 2025 dan di tahun 2026 seiring momentum reindustrialization & FDI dari Asia Timur, khususnya EV, solar, dan data center.

SSIA dinilai masih paling bagus di antara peers karena lahan Subang makin diminati tenant otomotif dan energi baru. 

DMAS masih diuntungkan basis kuat di Bekasi dan Karawang, meski kecepatan pendapatan prapenjualan (marketing sales) mungkin melambat di semester II. 

Sementara, KIJA perlu waktu buat pemulihan, tapi katalis bisa datang dari pengembangan kawasan Kendal Industrial Park dan potensi tenant baru berbasis logistik. 

“Jadi rotasi jawara masih bisa terjadi, tapi SSIA tetap kandidat utama sampai pipeline BYD dan Barito benar-benar terealisasi,” paparnya.

Baca Juga: Pulogadung Disiapkan Jadi Kawasan Industri Modern Terintegrasi Transportasi

Wafi pun merekomendasikan hold untuk SSIA dengan target harga Rp 1.950 per saham. Rekomendasi trading buy disematkan untuk DMAS dan KIJA dengan target harga masing-masing Rp 140 per saham dan Rp 220 per saham.

Arvin menuturkan, pendapatan hotel bisa bertumbuh hingga double digit SSIA hingga 129% YoY di tahun 2026, berkontribusi sekitar 15% pada tahun depan.

Sementara, segmen konstruksi berkontribusi 51% ke pendapatan SSIA pada tahun 2026-2027.

“Kerjasama dengan Grup Barito ditandai dengan kontrak senilai Rp 50 miliar dengan anak usaha SSIA, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) untuk membangun infrastruktur di Griya Idola Patimban Industrial Park,” katanya.

Arvin pun merekomendasikan beli untuk SSIA dengan target harga Rp 2.500 per saham.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham KIJA ada di level support Rp 179 per saham dan resistance Rp 186 per saham. Namun, Herditya masih merekomendasikan wait and see untuk KIJA.

Selanjutnya: Strategi Investasi Emas Saat Harga Semakin Memanas

Menarik Dibaca: Hasil Skor Timnas Indonesia vs Arab Saudi Berakhir 2-3, Tapi Peluang Belum Berakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×