Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
Equity Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis menambahkan kuartal satu merupakan periode yang paling lembah bagi para emiten operator telekomunikasi.
“Efek lebaran di April 2025, tetapi sayangnya lebaran tahun ini lebih rendah dari 2024. Padahal di 2024, periode lebaran sudah lemah dibanding tahun sebelumnya,” katanya kepada Kontan belum lama ini.
Niko menilai pelemahan daya beli ini justru akan membantu persaingan agar tidak terlalu agresif. Ini mengingat persaingan dan perang harga para emiten telko terjadi pada kuartal III-2024.
Baca Juga: Emiten Properti Masih Diadang Daya Beli
“Kemungkinan di kuartal kedua 2025 akan sedikit lebih baik secara kuartalan dan kuartal tiga 2025 lebih menjanjikan,” ucapnya.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila menambahkan walaupun pertumbuhan ARPU cenderung stagnan, prospek emiten operator telekomunikasi Tanah Air masih prospektif.
“Mengingat para emiten masih adaptif terhadap transformasi digital dan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) yang besar untuk bisa menggelar ekspansi,” kata Indy.
Baca Juga: Penjualan Cimory (CMRY) Masih Laris Saat Daya Beli Menipis
Dari tiga operator telekomunikasi, Indy menilai TLKM bisa menjadi pilihan jangka panjang dengan target harga di Rp 3.600. Sementara saham pilihan BRI Sekuritas jatuh pada ISAT.
Premier Sekuritas memilih ISAT sebagai top picka karena karena posisinya sebagai operator dengan yield data terendah di antara pesaing, yang kami yakini memiliki potensi pertumbuhan ARPU yang lebih kuat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News