Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas pergerakan harga saham emiten unggas dalam setahun terakhir menunjukkan kinerja yang positif. Kinerja pada 2025 pun juga diperkirakan tetap menjanjikan.
Misalnya, saham PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) ditutup pada level Rp 2.000 per saham pada Kamis (30/1). Dalam setahun terakhir, saham JPFA telah meningkat 68,07%, mendorong kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 23,45 triliun.
Sementara itu, saham PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) tercatat berada di level Rp 790 per saham, mengalami kenaikan 49,06% dalam setahun belakangan, dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 1,77 triliun.
Baca Juga: Intip Prospek Emiten Poultry hingga Akhir Tahun dan Cek Rekomendasi Sahamnya
Di sisi lain, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) berada di level Rp 4.620 per saham, mengalami penurunan sebesar 8,06% dalam satu tahun terakhir dengan kapitalisasi pasar yang mencapai Rp 75,76 triliun.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi, mengungkapkan bahwa harga poultry global (CFD) mengalami kenaikan sebesar 14% secara tahunan. Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi pada kenaikan harga ini, sehingga turut berimbas positif pada saham-saham poultry.
Pertama, wabah flu burung yang sangat patogen telah menyebabkan pemusnahan jutaan unggas di berbagai negara.
Di Amerika Serikat, lebih dari 100 juta ayam dimusnahkan untuk menekan penyebaran penyakit ini, yang secara signifikan mengurangi populasi ayam petelur dan meningkatkan harga telur hingga 65% pada tahun 2024.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten Poultry dari Analis Berikut
Kedua, fluktuasi harga bahan baku pakan, seperti jagung dan kedelai berdampak langsung pada biaya produksi unggas. Misalnya, kenaikan harga jagung menyebabkan meningkatnya biaya produksi telur dan daging ayam, yang kemudian berimbas pada harga jual yang lebih tinggi di level konsumen.
Ketiga, dari sisi domestik, program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga menjadi faktor pendukung peningkatan harga poultry. Pasar berekspektasi bahwa program ini akan meningkatkan permintaan unggas secara signifikan.
Namun, hambatan bagi industri poultry terletak pada daya beli masyarakat yang masih melemah, tercermin dari tingkat inflasi yang hampir menyentuh batas bawah target Bank Indonesia (BI).
Secara keseluruhan, prospek sektor poultry di tahun 2025 masih didukung oleh program MBG yang diperkirakan akan meningkatkan permintaan. Bahkan, JPFA memproyeksikan adanya lonjakan permintaan hingga 24% dibandingkan dengan 2024.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Poultry dari Analis Berikut
"Selain itu, faktor makroekonomi seperti ekspektasi pemangkasan suku bunga juga akan mendorong permintaan unggas," ujar Imam kepada Kontan, Kamis (30/1).
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Fadhlan Banny Firmansyah menilai, program makan gratis pemerintah pada 2025 diperkirakan akan menambah 637.000 ton atau meningkat 13% terhadap total volume penjualan ayam di Indonesia yang mencapai 5,579 juta ton.
"Hal ini memberikan peluang bagi para pelaku industri perunggasan untuk mengungguli pertumbuhan pasar tahun ini," jelas Fadhlan dalam risetnya, Jumat (24/1).
Kendati begitu, daya beli masyarakat yang melemah dapat menghambat pertumbuhan industri atau bahkan menciptakan hasil yang stagnan. Depresiasi rupiah juga berisiko meningkatkan biaya bahan baku, yang dapat mempersempit margin keuntungan.
"Selain itu, kinerja unggul beberapa emiten perunggasan belakangan ini bisa memicu aksi ambil untung oleh investor," terang Fadhlan.
Senada, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menjelaskan faktor utama yang mendorong sektor poultry saat ini ialah sentimen dari program MBG, yang berpotensi meningkatkan permintaan protein hewani, terutama ayam dan telur sebagai sumber protein yang paling terjangkau.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Pilihan Emiten Poultry Hingga Akhir Tahun 2024
"Hal ini menjadi katalis positif bagi emiten poultry," ujar Ekky kepada Kontan, Kamis (30/1).
Selain itu, penurunan suku bunga BI juga memberikan dampak tambahan dengan mendorong daya beli masyarakat, yang pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan konsumsi publik.
Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi sektor ini. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah harga jagung, sebagai bahan baku utama pakan ternak.
Jika melihat tren sejak awal tahun lalu, kenaikan saham-saham poultry sebagian besar didorong oleh penurunan harga jagung yang sempat menyentuh US$ 413 per bushel.
Namun, sejak Agustus 2024, harga jagung terus menguat, yang menjadi beban bagi emiten poultry seperti JPFA, CPIN, dan MAIN. Selain itu, sektor ini juga menghadapi tantangan mulai dari persaingan yang ketat, harga unggas yang melemah, serta pasokan yang berlebihan.
Baca Juga: Momentum Nataru Jadi Katalis Positif bagi Emiten Poultry, Cek Rekomendasi Sahamnya
Ekky berpendapat pada tahun 2025 kinerja emiten poultry masih memiliki potensi bertumbuh meskipun penuh dengan tantangan.
Keberhasilan pertumbuhan akan sangat bergantung pada dua faktor utama, yakni realisasi program makan siang gratis dan ketahanan daya beli masyarakat.
Jika salah satu dari dua faktor ini terganggu, misalnya ada kendala dalam implementasi program pemerintah atau daya beli masyarakat melemah maka tekanan terhadap sektor poultry akan semakin besar, terutama di tengah kenaikan harga jagung, harga unggas yang rendah, dan risiko kerugian dari selisih kurs.
Rekomendasi Saham Poultry
Untuk rekomendasi saham poultry, Ekky merekomendasikan JPFA. Menurutnya, investor bisa entry di level Rp 1.900-Rp 1.950 dengan target harga Rp 2.150, Rp 2.300 dan Rp 2.500 per saham.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Poultry di Tengah Pemulihan Harga Ayam
Imam juga menerangkan bahwa JPFA mendapatkan sentimen positif dari rebalancing indeks LQ45, di mana JPFA menjadi salah satu konstituen yang masuk dalam indeks ini. Oleh karena itu, Imam merekomendasikan buy untuk saham JPFA, dengan target resistance di Rp 2.200 dan support di Rp 1.970.
Sementara itu, Fadhlan menjagokan saham CPIN, JPFA dan MAIN dengan target harga masing-masing di level Rp 6.075, Rp 2.400 dan Rp 1.200 per saham.
Selanjutnya: Coca-Cola Tarik Produknya karena Kekhawatiran Kontaminasi Chlorate, Periksa Kode Ini
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (31/1): Cerah hingga Hujan Ringan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News