Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Kami menyajikan ringkasan berita pasar modal di halaman 4 Harian KONTAN edisi Kamis (5/11), sebagai berikut.
Prospek Emiten Pertambangan
Kinerja emiten pertambangan di kuartal III 2015 belum membaik. Emiten sektor pertambangan berkapitalisasi pasar besar masih membukukan penurunan kinerja. Namun, masih ada beberapa saham sektor pertambangan yang layak dicermati untuk jangka pendek.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) misalnya. Sampai kuartal III 2015, PTBA mengantongi laba Rp 1,5 triliun atau turun 5,06% dari Rp 1,58 triliun di periode yang sama tahun 2014. Pendapatan PTBA sebenarnya masih naik 8,8% dari Rp 9,65 triliun menjadi Rp 10,5 triliun.
Sementara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatat laba bersih US$181 juta turun 18% year on year (yoy). Ariyanto Kurniawan, Analis Mandiri Sekuritas mengatakan, laba bersih ADRO mencapai 97%-105% dari prediksi Mandiri Sekuritas dan konsensus.
Arianto juga mencatat, ADRO mengumumkan pemangkasan produksi karena lemahnya permintaan untuk batu bara berkalori rendah. "Laba bersih ADRO lebih baik daripada ekspektasi karena beban bunga yang turun dan tingkat pajak efektif yang turun," ungkap Arianto dalam riset.
Lalu, emiten logam timah, PT Timah (Tbk) mencetak laba bersih Rp 10,47 miliar, anjlok 97,6%. Seperti PTBA, pendapatan TINS masih naik 17,9% yoy menjadi Rp 5,14 triliun dari sebelumnya Rp 4,3 triliun.
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) berniat merilis medium term note (MTN) berdenominasi dollar Singapura sebesar S$ 300 juta setara Rp 2,9 triliun. Angka ini lebih besar dari rencana semula S$ 200 juta.
Herman Gunadi, Direktur SSIA mengatakan, surat utang ini akan terbit secara bertahap melalui SSIA International PTe Ltd, anak usaha SSIA yang berbasis di Singapura. "Ini akan diperdagangkan di Singapura Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST)," kata dia dalam keterangan resminya, Selasa (3/11).
Sehubungan rencana tersebut, SSIA telah meneken programme agreement dengan DBS Bank Ltd sebagai arranger dan dealer, pada 2 November 2015. Di saat yang sama, anak usaha SSIA yakni PT Suryacipta Swadaya meneken Trust Deed dengan DB International Trust (Singapura) Limited sebagai wali amanat surat utang dan wali amanat jaminan.
Nilai seri pertama MTN nanti diperkirakan lebih dari 20%, tetapi tidak lebih dari 50% ekuitas perseroan, tergantung pada kondisi pasar. Per akhir Juni 2015, jumlah ekuitas SSIA senilai Rp 3,29 triliun. Itu berarti nilai MTN tahap pertama yang bakal terbit senilai Rp 658 miliar hingga Rp 1,65 triliun.
PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT)
PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) akan membayar bunga ke-20 dan pelunasan pokok Obligasi I Tahun 2010. Adapun, nilai yang mesti dibayarkan yakni Rp 718,68 miliar.
Rinciannya, pokok obligasi bernilai Rp 700 miliar dan bunga gross obligasi Rp 18,68 miliar. "Dana yang dimaksud saat ini ditempatkan pada rekening perseroan," sebut Rudy Suhendra, Sekretaris Perusahaan BWPT, dalam keterbukaan informasi, Rabu, (4/11).
BWPT memperoleh pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 2,74 triliun pada September. Dana ini dianggarkan untuk pembiayaan kembali (refinancing) dan modal kerja.
Pada laporan keuangan kuartal ketiganya, emiten perkebunan milik Grup Rajawali ini memeluk pinjaman bank jangka pendek senilai Rp 698 miliar. Pinjamannya diperoleh dari BNI, Bank Mandiri, Bank QNB Kesawan, dan Bank DBS Indonesia.
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP)
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) masih mencatat defisit Rp 3,08 triliun pada kuartal ketiga 2015. Defisit ini membengkak 76% dari Rp 1,75 triliun di periode yang sama 2014.
Saat ini, UNSP masih mencari cara menyelamatkan kelangsungan usahanya. Namun, langkah UNSP tampak jalan di tempat. "Belum ada keputusan. Semua masih opsi," sebut Investor Relation UNSP Andi Setianto, kepada KONTAN, Rabu, (4/11).
Sebelumnya, manajemen UNSP berusaha mengatasi masalah kelangsungan usahanya dengan mengatur rencana. Untuk bisnis hilir, UNSP ingin menjalankan kemitraan strategis, divestasi sebagian atau seluruhnya, restrukturisasi pinjaman, serta menyelesaikan dan memulai produksi proyek oleokimia pada 2015. Namun hingga kini, proyek oleochemical itu belum juga dimulai. Pada bisnis hulu, UNSP ingin restrukturisasi pinjaman unit usaha.
PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)
Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka suspensi perdagangan saham PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) pada Selasa (3/11) lalu.
Ini berarti penghentian sementara perdagangan (suspensi) saham SIAP hanya sehari, yakni Senin (2/11). Pelaku pasar masih merespons negatif saham SIAP. Sejak suspensi dibuka Selasa hingga Rabu (4/11), harga SIAP terus anjlok.
Dalam dua hari terakhir, harga saham SIAP sudah anjlok 18,4% menjadi Rp 102 per saham. Selama delapan hari berturut-turut, harga saham SIAP ambles 55,65%.
Hamdi Hassyarbani, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, menjelaskan suspensi atas saham SIAP tergolong suspensi cooling down yang berlaku hanya sehari.
BEI terus mengawasi dan memeriksa intensif transaksi saham SIAP. “Nanti kami lihat apakah perlu disuspensi lagi atau tidak,” ungkap Hamdi, kemarin.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau. Pada transaksi kemarin (4/11), IHSG naik 1,75% ke level 4612,56. Seluruh sektor saham menanjak. Pada perdagangan hari ini (5/11), IHSG diproyeksikan melanjutkan penguatannya.
Lanjar Nafi Taulat, analis Reliance Securities mengatakan, sikap optimisme pemerintah terhadap kondisi ekonomi hingga kuartal IV 2015 menumbuhkan kembali tingkat kepercayaan investor.
Hal itu tecermin dari penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Pertama kali dalam sepekan terakhir, investor asing mencatatkan net buy, yakni sekitar Rp 267,01 miliar.
Andre Setiawan, analis Minna Padi Investama memaparkan, saat ini perhatian pasar masih mengarah ke bursa global, terutama soal pengumuman data tenaga kerja AS. "Selain ada potensi dorongan dari dalam negeri, perhatian pasar juga mengarah ke data AS yang kemungkinan akan dirilis pada pekan ini," ujar dia.
Lanjar memperkirakan IHSG hari ini masih bergerak positif, tapi terbatas di rentang 4585 sampai 4690. Andre juga memproyeksikan, IHSG masih berpotensi menghijau dan mondar-mandir di 4.500-4.696.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News