Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
NEW YORK. Minyak mentah melanjutkan reli hari keenam di pasar Asia, setelah kemarin sempat menyentuh US$ 100 per barel.
Melesatnya harga minyak dipicu kerusuhan di Libya yang dikhawatirkan mengancam ekspornya. Kemarin, warga Libya mengklaim mengusir pasukan Muammar Qadaffi dan mempertahankan kota bagian timur. Sementara, pasukan pro Qadaffi mempertahankan ibukota. Tapi, minyak agak turun setelah sinyal dari Arab Saudi dan negara lainnya yang bersedia menyuplai lebih banyak minyak.
Di pasar Asia, minyak WTI untuk pengiriman April di bursa NYMEX reli ke US$ 99,15 per barel pukul 10.52 waktu Sydney. Kemarin, harganya sempat ke US$ 100 per barel, tertinggi sejak Oktober 2008, meski semalam bergerak ke US$ 98,1 per barel, di New York.
Wakil presiden riset PFGBest Phil Flynn menyebut, harga minyak melesat karena pemangkasan produksi Libya, dan kerusuhan di Timur Tengah. "Ada kekhawatiran kerusuhan akan menyebar lebih lanjut, sehingga mengancam Arab Saudi dan produsen lain," ujarnya.
Sementara, Nomura Holdings Inc mengatakan, minyak mungkin mencapai US$ 200 sebarel, jika produksi di Libya dan Aljazair dihentikan karena kerusuhan di wilayah tersebut.
Di sisi lain, kemarin, American Petroleum Institute melaporkan, cadangan minyak mentah Amerika Serikat naik 163 ribu barel per pekan lalu. Dan, hari ini, Departemen Energi diprediksi bakal merilis kenaikan cadangan 1,1 juta barel per pekan lalu, dari total 345,9 juta barel di pekan sebelumnya.
Kemarin, Menteri Keuangan AS Timothy F. Geithner mengatakan, ekonomi global cukup kuat mengatasi kenaikan harga minyak dibanding waktu 2008. "Bank-bank sentral memiliki banyak pengalaman dalam mengelola hal seperti ini," ujarnya di Washington.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News