Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mengantongi restu dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 44,24 triliun untuk tahun anggaran 2025.
Setidaknya ada tiga emiten pelat merah yang memperoleh injeksi dana dari PMN. Yakni, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sebesar Rp 2,09 triliun untuk pembangunan tol Jogja–Bawen dan Solo–Jogja.
Rinciannya, Rp 1,92 triliun untuk pembangunan Jalan Tol Solo–Yogyakarta–Kulonprogo. Kemudian sebesar Rp 173 miliar akan dipakai untuk pembangunan Jalan Tol Jogja–Bawen.
Selain Adhi Karya, PT PP Tbk (PTPP) juga mendapatkan dana segar Rp 1,56 triliun dalam dalam rangka penyelesaian proyek Tol Jogja-Bawen dan Kawasan Industri Terpadu Subang.
Untuk pembangunan Kawasan Industri Terpadu Subang alias Grand Rebana Tahap 1, PTPP membutuhkan dana Rp 1 triliun. Kemudian Rp 583 miliar untuk membangun Tol Jogja-Bawen.
Baca Juga: Begini Produksi & Penjualan Emas, Nikel, Bauksit Antam (ANTM) Semester I-2024
Lalu ada PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang mendapatkan PMN sebesar Rp 2 triliun untuk perbaikan struktur modal serta modal tambahan untuk menyelesaikan proyek strategis.
Fath Aliansyah, Senior Research Analyst Lotus Sekuritas mengatakan adanya suntikan PNM ini merupakan itikad baik dari pemerintah untuk proyek jangka panjang infrastruktur ke depannya.
"PMN ini juga akan berdampak positif kepada fundamental emiten karena proyek strategis yang dikerjakan memiliki nilai bagus kalau bisa diselesaikan segera," jelasnya kepada Kontan, Rabu (17/7).
Fath bilang nantinya aset yang akan diselesaikan itu bisa memberikan tambahan kontribusi terhadap pendapatan dan membuka opsi bagi emiten BUMN Karya karena aset tersebut bisa dijual alias divestasi.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menambahkan disetujuinya PMN akan memberikan dampak positif karena membangun jalan tol tidak murah.
Dari sisi kinerja, lanjut Martha, memang kinerja BUMN Karya akan cenderung lesu di semester pertama. Namun kinerja emiten konstruksi akan kembali meningkatkan di paruh kedua tahun ini.
Sebenarnya tidak sulit untuk menjadi saham BUMN Karya yang bisa dicermati. Pasalnya, saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sedang di gembok alias suspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
Kemudian secara kinerja WIKA masih menderita rugi yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp 1,13 triliun di kuartal I-2024. Ini membengkak dari Rp 521,25 miliar di kuartal I-2023.
"Tinggal tersisa PTPP dan ADHI. Sementara ADHI sedang naik daun karena pada 2023 raihan kontraknya paling tinggi dibandingkan BUMN Karya lainnya bahkan bisa melampaui PTPP," kata Martha.
Dia bilang dari kinerja di kuartal pertama tahun ini, PTPP menunjukkan kinerja yang cemerlang. Adapun laba bersih PTPP melonjak 176,43% secara tahunan menjadi Rp 94,60 miliar di kuartal I-2024.
Namun Martha menilai ADHI memiliki prospek yang baik. Ini tercermin dari target kontrak yang diincar. ADHI mengincar kontrak baru sebesar Rp 37 triliun di 2024, sementara PTPP hanya Rp 32 triliun.
"Kalau untuk saat ini PTPP lebih unggul, tapi dengan target kontrak ADHI yang semakin tinggi, maka pendapatannya bisa melampaui BUMN Karya lainnya," ucapnya.
Sementara, Fath menilai WIKA bisa dicermati karena sudah ada penjelasan terkait asset recycling. Apalagi WIKA memegang proyek strategi, yakni Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) alias Woosh.
"Momentum ini dipergunakan sebaik mungkin saja sampai nanti ada kelanjutan berita terkait asset recycling," kata Fath.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News