kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Cek Rekomendasi Saham Sektor Poultry Saat Kinerjanya Cenderung Negatif


Minggu, 21 Mei 2023 / 20:36 WIB
Cek Rekomendasi Saham Sektor Poultry Saat Kinerjanya Cenderung Negatif
ILUSTRASI. Peternak memberi makan ayam di Pacellekang, Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (9/8/2021)


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perunggasan alias poultry masih diselimuti sentimen negatif pada kuartal I-2023. Setelah menutup tahun 2022 dengan kinerja yang negatif akibat peningkatan beban.

Hal ini tecermin dari realisasi penjualan tiga emiten unggas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN).

Hingga kuartal I-2023, CPIN mencatatkan laba sebesar Rp 240,99 miliar atau turun 79,76% dibandingkan dengan kuartal I-2022 sebesar Rp 1,19 triliun.

Dari sisi top line, penjualan bersih CPIN pada kuartal I-2023 sebesar Rp 14,56 triliun atau naik 1,87% daripada kuartal I-2022 sebesar Rp 14,29 triliun.

Kenaikan penjualan yang terbatas ini didorong dari koreksinya pada segmen ayam pedaging yang menyumbang Rp 7,61 triliun atau turun 4,83% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 7,99 triliun.

Sementara, beban pokok penjualan CPIN sebesar Rp 13,09 triliun pada kuartal I-2023 atau naik 9,95% daripada Rp 11,90 triliun pada periode yang sama pada 2022. Adapun kenaikan pada beban bahan baku yang naik 3,53% menjadi Rp 10,75 triliun dan beban pabrikasi naik 8,07% menjadi Rp1,72 triliun.

Sedangkan Japfa mencatatkan kinerja bottom line yang lebih buruk dengan berbalik rugi sebesar Rp 249,92 miliar pada kuartal I-2023, padahal pada periode yang sama tahun 2022 membukukan laba sebesar Rp 603,73 miliar.

Baca Juga: Pendapatan Anjlok, Widodo Makmur Unggas (WMUU) Rugi di Kuartal I-2023

Adapun, kinerja pada bottom line tersebut tidak terlepas dari pendapatan Japfa yang turun 3,22% menjadi Rp 11,76 triliun di kuartal I-2023, dibandingkan pada kuartal I-2022 sebesar Rp 12,15 triliun.

Penurunan penjualan JPFA berasal dari turunnya segmen peternakan komersial sebesar 3,69% menjadi Rp 4,46 triliun, segmen pakan ternak turun 1,68% menjadi Rp 3,53 triliun, dan segmen pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen turun 0,09% menjadi Rp 1,84 triliun.

Sementara, MAIN mencatatkan penurunan penjualan bersih sebesar 2,71% menjadi Rp 2,67 triliun di kuartal I-2023, dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,75 triliun.

Penurunan didorong oleh segmen pembibitan yang turun 39,13% dari Rp 579,91 miliar pada kuartal I-2022 menjadi Rp 353,01 miliar pada kuartal I-2023.

Sedangkan, segmen pakan naik 3,45% dari Rp 2,06 triliun pada kuartal I-2022 menjadi Rp 2,14 triliun pada kuartal I-2023. Sementara dari sisi bottom line, MAIN mencatatkan rugi sebesar Rp 172,86 miliar, dibandingkan kuartal I-2022 mencatatkan laba Rp 10,47 miliar.

 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji mengatakan, kinerja emiten poultry cenderung negatif dengan tingkat penurunan yang beragam pada kuartal pertama 2023. Belum ada katalis yang benar-benar kuat untuk mendorong kinerja emiten poultry.

Baca Juga: Japfa Comfeed (JPFA) Bukukan Rugi Rp 249,92 Miliar di Kuartal I-2023

"Kenaikan harga bahan baku dan penurunan permintaan membuat kinerja emiten sektor poultry menurun sehingga memperlambat potensi margin para pemain poultry di tahun ini,"kata Nafan Minggu (21/5).

Nafan mengatakan, sentimen lainnya berasal dari ada pelemahan rupiah yang dapat memperberat biaya impor khususnya soybean meal.

Menurut Nafan emiten unggas masih minim dengan katalis positif di sepanjang 2023 dan berharap para emiten poultry dapat menjalankan aksi korporasi yang telah dirancanakan untuk meningkatkan kinerja di 2023.

Sementara, sentimen positif lainnya dari integrator besar seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang sudah memulai melakukan penjualan ekspor ke Singapura diharapakan dapat meningkatkan kinerja.

Senada, CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo menjelaskan, kinerja keuangan emiten yang bergerak di sektor unggas, terlihat menghadapi sejumlah tantangan di mana beberapa emiten mencatatkan penurunan laba, baik operasional maupun laba bersih,

"Di mana tantangan penjualan emiten berasal dari lini harga pakan ternak seperti komoditas jagung dan kedelai naik dan ayam pedaging," jelasnya.

Menurut Praska, emiten sektor poultry masih berpotensi tertekan hingga semester 1-2023, dan diperkirakan baru ada perbaikan kinerja di semester II tahun 2023.

Baca Juga: Catat Jadwal Pembayaran Dividen Japfa Comfeed (JPFA) Total Rp 581 Miliar

Praska menambahkan prospek sektor unggas masih bagus secara jangka panjang, namun untuk sepanjang tahun ini, tampaknya masih menghadapi tantangan dari permintaan pasar terhadap kebutuhan ayam pedaging dan pakan.

"Selain itu, tren kinerja keuangan emiten-emiten di sektor unggas masih dalam tren perlambatan atau penurunan dalam 3 tahun terakhir," jelasnya.

Selain itu, harga pakan ternak, seperti komoditas jagung dan kedelai, masih berpeluang jadi sentimen yang harus dicermati, selain tantangan dari di penjualan ayam pedaging, pakan ternak, ayam olahan, dan anak ayam usia sehari (day old chicken)

Adapun katalis pendorongnya, adalah tren penurunan harga komoditas jagung dan kedelai yang menjadi bagian bahan baku makanan unggas.

Praska merekomendasikan CPIN dan JPFA dengan target harga masing-masing Rp 5.600 dan Rp 1.370. Sementara, Nafan merekomendasikan beli untuk saham JPFA dan CPIN dengan target harga masing-masing Rp 1.470 dan Rp 7.600.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×