Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham sektor poultry memperlihatkan pergerakan yang cenderung negatif dengan tingkat penurunan yang beragam sepanjang tahun 2023 berjalan. Belum ada katalis yang benar-benar kuat untuk mendorong harga saham poultry.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Emma A. Fauni mengatakan, harga day old chick (DOC) dan ayam broiler tetap turun memasuki awal tahun 2023. Rata-rata harga ayam broiler pada Januari 2023 adalah sebesar Rp 16.300 per kg, turun 12% dibandingkan bulan sebelumnya dan merosot 22,7% secara tahunan.
Hal ini terjadi karena penurunan permintaan dan jumlah culling yang rendah pada akhir tahun 2022. Pada Oktober-November tahun lalu, instruksi culling hanya sebanyak 14 juta telur infertil berumur 19 hari pada level stok akhir per minggu.
Sementara itu, pada Desember 2022-Januari 2023, jumlah instruksi culling lebih sedikit lagi, yakni 7 juta telur infertil per minggu. Jumlah tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan culling normal yang setidaknya 20 juta per minggu.
Emma berharap, harga DOC dan ayam broiler bakal lebih solid lagi seiring dengan kenaikan permintaan pada bulan Ramadan yang berlangsung pada Maret 2023-April 2023. Kenaikan harga ini dapat memulihkan margin pada kuartal I-2023 setelah melambat pada kuartal IV-2022.
Baca Juga: Sejumlah Emiten Telah Rilis Kinerja, Konglomerat Ini Berpotensi Cuan Dari Dividen
Kinerja harga saham emiten poultry selama enam bulan terakhir tergolong beragam. Berdasarkan data RTI per Jumat (31/3), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) turun 12,84%, sementara PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) masing-masing merosot 25,5% dan 25,67%.
"Saya menilai kinerja harga saham yang kurang bagus tersebut disebabkan oleh kekhawatiran bahwa pemulihan harga broiler pada Desember 2022 tidak cukup untuk mengimbangi harga broiler yang lemah pada bulan Oktober 2022, ucap Emma dalam risetnya tanggal 3 Februari 2023.
Emma mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor poultry dengan preferensi ke CPIN dan JPFA. Menurutnya, katalis positif yang kuat bagi sektor ini belum terlihat sehingga investor akan tetap konservatif pada sektor poultry. Dalam kondisi ini, JPFA dan CPIN sebagai dua perusahaan terkuat dibanding peers dapat menjadi pilihan.
Dalam riset tanggal 9 Februari 2023, Analis Sinarmas Sekuritas Michael Filbery mengatakan, pemerintah baru-baru ini menaikkan harga referensi broiler dari Rp 19.000-Rp 21.000 per kg menjadi Rp 21.000-Rp 23.000 per kg. Langkah ini merupakan respons atas kenaikan harga bahan baku dan permintaan dari para pemangku kepentingan di sektor poultry.
Penyesuaian ini menunjukkan monitoring yang lebih tinggi dan memperhatikan dinamika supply-demand ayam di pasar, dengan respons yang lebih cepat untuk culling dalam hal kelebihan pasokan. Efektivitas program culling pada tahun 2022 efektif mengurangi kelebihan pasokan sebesar 20% pada tahun sebelumnya.
"Di tengah ketiadaan program culling baru, diharapkan harga broiler akan pulih ke harga referensi, didorong oleh peningkatan permintaan musiman selama Ramadan pada akhir kuartal I-2023," kata Michael.
Sementara itu, segmen pakan ternak diperkirakan masih menghadapi tantangan pada kuartal I-2023 akibat tingginya harga bungkil kedelai alias soybean meal (SBM). Harga SBM mencapai US$ 480 per ton, meningkat 10% dari rata-rata tahun lalu.
Namun, margin pakan ternak diperkirakan masih akan setinggi angka kuartal IV-2022 berkat harga jagung domestik yang lebih rendah, yakni Rp 4.000-Rp 5.000 per kg. Hal ini diharapkan mampu mengimbangi tingginya harga SBM akibat cuaca kering di Argentina, sumber utama penghasil kedelai.
Merujuk perkiraan terbaru USDA pada Januari 2023, stok SBM global diperkirakan sekitar 350 ribu ton untuk tahun ini. Perkiraan harga rata-rata adalah sebesar US$ 425 per ton, sedikit di bawah rata-rata 2022 yang sebesar US$ 440 per ton.
Michael merekomendasikan overweight sektor poultry karena para emiten berpotensi mencatatkan perbaikan margin operasi berkat harga bahan baku yang berangsur normal. Permintaan produk poultry juga akan didorong stimulus belanja masyarakat pada tahun sebelum pemilu.
Michael memilih CPIN sebagai top pick karena kemampuannya yang lebih baik untuk menangkap lebih banyak potensi pertumbuhan di pasar ayam broiler. Risiko investasi berasal dari pelemahan kurs rupiah, permintaan ayam yang lebih rendah dari perkiraan, dan risiko regulasi untuk membatasi harga ayam broiler.
Lalu, dalam riset tanggal 21 Desember 2022, Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano memperkirakan, dinamika pasokan dan permintaan sektor poultry akan lebih baik pada 2023. Hal ini didukung oleh kuota impor grand parent stock (GPS) yang menguntungkan dan permintaan domestik yang lebih tinggi selama masa kampanye politik.
Ia mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor ini. Meski ada risiko bahwa harga ayam lebih rendah akibat kelebihan pasokan, Victor melihat ada potensi pemulihan margin dari biaya input yang dapat mengimbangi risiko.
Victor memprediksi, harga SBM akan melemah 3% yoy pada 2023 berkat pemulihan produksi di Argentina. Sementara itu, harga jagung lokal diperkirakan bakal lebih tinggi pada 2023 karena efek La Nina yang semakin berkurang dan permintaan pakan yang lebih tinggi.
Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing dalam Sepekan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News