Reporter: Aris Nurjani | Editor: Yudho Winarto
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji mengatakan, kinerja emiten poultry cenderung negatif dengan tingkat penurunan yang beragam pada kuartal pertama 2023. Belum ada katalis yang benar-benar kuat untuk mendorong kinerja emiten poultry.
Baca Juga: Japfa Comfeed (JPFA) Bukukan Rugi Rp 249,92 Miliar di Kuartal I-2023
"Kenaikan harga bahan baku dan penurunan permintaan membuat kinerja emiten sektor poultry menurun sehingga memperlambat potensi margin para pemain poultry di tahun ini,"kata Nafan Minggu (21/5).
Nafan mengatakan, sentimen lainnya berasal dari ada pelemahan rupiah yang dapat memperberat biaya impor khususnya soybean meal.
Menurut Nafan emiten unggas masih minim dengan katalis positif di sepanjang 2023 dan berharap para emiten poultry dapat menjalankan aksi korporasi yang telah dirancanakan untuk meningkatkan kinerja di 2023.
Sementara, sentimen positif lainnya dari integrator besar seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang sudah memulai melakukan penjualan ekspor ke Singapura diharapakan dapat meningkatkan kinerja.
Senada, CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo menjelaskan, kinerja keuangan emiten yang bergerak di sektor unggas, terlihat menghadapi sejumlah tantangan di mana beberapa emiten mencatatkan penurunan laba, baik operasional maupun laba bersih,
"Di mana tantangan penjualan emiten berasal dari lini harga pakan ternak seperti komoditas jagung dan kedelai naik dan ayam pedaging," jelasnya.
Menurut Praska, emiten sektor poultry masih berpotensi tertekan hingga semester 1-2023, dan diperkirakan baru ada perbaikan kinerja di semester II tahun 2023.
Baca Juga: Catat Jadwal Pembayaran Dividen Japfa Comfeed (JPFA) Total Rp 581 Miliar
Praska menambahkan prospek sektor unggas masih bagus secara jangka panjang, namun untuk sepanjang tahun ini, tampaknya masih menghadapi tantangan dari permintaan pasar terhadap kebutuhan ayam pedaging dan pakan.
"Selain itu, tren kinerja keuangan emiten-emiten di sektor unggas masih dalam tren perlambatan atau penurunan dalam 3 tahun terakhir," jelasnya.
Selain itu, harga pakan ternak, seperti komoditas jagung dan kedelai, masih berpeluang jadi sentimen yang harus dicermati, selain tantangan dari di penjualan ayam pedaging, pakan ternak, ayam olahan, dan anak ayam usia sehari (day old chicken)
Adapun katalis pendorongnya, adalah tren penurunan harga komoditas jagung dan kedelai yang menjadi bagian bahan baku makanan unggas.
Praska merekomendasikan CPIN dan JPFA dengan target harga masing-masing Rp 5.600 dan Rp 1.370. Sementara, Nafan merekomendasikan beli untuk saham JPFA dan CPIN dengan target harga masing-masing Rp 1.470 dan Rp 7.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News