Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan meluncurkan indeks IDX Sharia Growth pada 31 Oktober 2022. Indeks ini akan menjadi indeks syariah kelima di BEI.
Saat ini terdapat empat indeks syariah yang ada di BEI. Keempat indeks yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index 70 (JII70), Jakarta Islamic Index (JII), dan Indeks IDX MES BUMN 17.
BEI optimistis indeks baru yang akan diluncurkan, yakni IDX Sharia Growth akan diterima pasar. Bahkan, BEI menyebut sudah ada manajer investasi yang melirik indeks ini sebagai underlying asset atawa aset dasar produk.
"Sudah ada yang mau pesan yang nantinya akan membuat reksadana indeks dan ETF," kata Kepala Unit Pengembangan Produk I BEI, Kautsar Primadi Nurahmad dalam edukasi wartawan pasar modal Rencana Peluncuran Indeks Baru IDX Sharia Growth, Jumat (28/10).
Baca Juga: BEI Segera Merilis Indeks Baru IDX Sharia Growth
Kaustar mengatakan, manajer investasi tertarik pada indeks baru ini dari hasil backtest. Dari hasil backtest 5-6 tahun terakhir, IDX Sharia Growth berhasil mengungguli JII dan JII70 dengan memberikan return 15%. Sementara kedua indeks syariah lainnya tersebut mencatatkan hasil negatif.
Ketertarikan juga dari pendekatan baru. Pemilihan saham indeks JII dan JII70 hanya berdasarkan kapitalisasi pasar dan nilai transaksi yang menggambarkan likuiditas. Sementara IDX Sharia Growth juga melihat laporan keuangannya untuk menggambarkan pertumbuhan kinerja emiten pengisi indeks.
Walau begitu, Kautsar mengakui bahwa ketertarikan investor terhadap saham syariah tidak terlalu baik. Hal tersebut disebabkan investor melihat pada return. Oleh sebab itu, Kautsar menyebut saat ini yang paling dilirik adalah LQ45 dan IDX30.
Perbedaan mendasar LQ45 dan IDX30 dengan indeks syariah adalah tidak ada saham bank. Padahal, saham perbankan dalam 4-5 tahun terakhir menjadi pendorong pasar modal di Indonesia dan mereka yang membuat IHSG capai all time high.
Baca Juga: IHSG Ditutup Merah Akhir Pekan Ini, Begini Proyeksi Pekan Depan
"Nah, sementara pada indeks syariah saat ini investasinya negatif. Jadi, itu yang menjadi kendala utama investasi syariah, tetapi kami bersyukur memiliki metode baru sehingga investasi saham syariah tetap bisa outperform," kata dia.
Dihubungi terpisah, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai serupa. Menurut dia, saham-saham syariah saat ini sudah tertinggal cukup jauh karena tidak memiliki sektor keuangan konvensional.
"Padahal itu besar sekali, kapitalisasinya saham-saham bank nonsyariah itu capai 40% di BEI sehingga beberapa tahun terakhir ini saham-saham syariah cenderung tertinggal," kata Wawan.
Namun, IDX Sharia Growth dengan metodologi baru akan sangat membantu investor dan analis yang masuk kategori saham-saham syariah.
Baca Juga: Turun Hari Ini, IHSG Masih Menguat 0,55% Sepekan
Selain itu, saham syariah juga masih bisa masuk ke sektor komoditas. Menurut Wawan, kenaikan harga komoditas seperti batubara juga akan mendongkrak indeks baru ini. Terlebih saham-saham yang akan masuk akan diseleksi berdasarkan laporan keuangan terbarunya.
Sehingga, walaupun harga komoditas mulai turun tapi emiten seperti batubara masih akan membukukan profit. Sebab, disebutnya cost batubara itu US$ 50 per ton dan dengan harga jual yang sempat capai US$ 400 per ton dan kalaupun turun menjadi US$ 200 per ton-US$ 300 per ton juga dinilai masih akan profit.
"Apalagi investor, khususnya ritel ini umumnya fokus ke kinerja," ujar Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News