kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.767   -138,80   -1,76%
  • KOMPAS100 1.197   -11,06   -0,92%
  • LQ45 976   -3,19   -0,33%
  • ISSI 227   -2,62   -1,14%
  • IDX30 499   -1,25   -0,25%
  • IDXHIDIV20 603   1,11   0,18%
  • IDX80 137   -0,51   -0,37%
  • IDXV30 141   0,48   0,34%
  • IDXQ30 167   0,36   0,21%

CDS Indonesia akan terus naik selama virus corona belum mereda


Selasa, 17 Maret 2020 / 21:32 WIB
CDS Indonesia akan terus naik selama virus corona belum mereda
ILUSTRASI. CDS credit default swap risiko berinvestasi di Indonesia meningkat turun


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para investor saat ini tengah melihat Indonesia sebagai salah satu negara dengan risiko yang tinggi. Pasalnya pergerakan credit default swap (CDS) Indonesia saat ini terus mengalami kenaikan.

Merujuk Bloomberg, CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun, per hari ini, Selasa (17/3) sudah berada di level 218,33. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2016. Sementara untuk tenor 10 tahun, menyentuh level tertingginya pada Kamis (12/3) silam, yakni di level 337,68.

Analis fixed-income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra melihat kenaikan CDS Indonesia lebih didorong oleh faktor eksternal ketimbang faktor internal. Made melihat kenaikan CDS tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di beberapa negara berkembang lainnya.

“Faktor persebaran virus corona yang juga telah melanda Indonesia, sudah pasti meningkatkan persepsi risiko investor terhadap Indonesia. Berikutnya, terjadi capital outflow juga turut menaikkan CDS Indonesia,” ujar Made kepada Kontan.co.id, Selasa (17/3).

Baca Juga: R&I naikkan peringkat utang Indonesia, begini pandangan Gubernur BI

Made menyebut, ekonomi Indonesia masih cukup bergantung terhadap portofolio investasi investor asing. Sehingga ketika terjadinya capital outflow akan membuat CDS menjadi naik.

“Neraca perdagangan memang surplus, tapi itu kan karena China yang tutup impor. Sementara dari cadangan devisa hanya bergantung portofolio investasi dan saat ini pasar saham dan pasar obligasi tengah ditinggalkan asing,” tambah Adi.

Kedua faktor tersebut dinilai Made saling berkelindan dan tercermin dari nilai tukar rupiah yang saat ini tengah babak belur. Merujuk Bloomberg, secara year to date, rupiah di pasar spot telah melemah sebesar 9,43%. Lebih lanjut, pelemahan rupiah kemudian akan berimbas ke pasar obligasi dan membuat return instrumen obligasi negatif.

“Secara historikal, ketika nilai tukar rupiah terdepresiasi maka return dari pasar obligasi bisa menyusut atau minus,” sebut Made.

Baca Juga: Risiko masih tinggi, CDS Indonesia berpotensi melanjutkan kenaikan

Made mengakui saat ini tren CDS akan cenderung mengalami kenaikan ke depannya. Bahkan ia tidak bisa memprediksi hingga berapa lama. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan persebaran corona yang tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.

“Ketika persebaran virus corona sudah menurun, nanti CDS akan akan ikut turun. Tapi selama persebaran ini belum usai, ya bukan tidak mungkin CDS terdorong naik lagi,” pungkas Made.

Baca Juga: Minat terhadap lelang SUN turun, pelaku pasar menunggu dua hal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×