kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Catat, ini strategi pengelolaan portofolio investor untuk tahun 2020


Rabu, 15 Januari 2020 / 20:56 WIB
Catat, ini strategi pengelolaan portofolio investor untuk tahun 2020
ILUSTRASI. Prospek investasi tidak bergantung sepenuhnya pada kesepakatan yang ditandatangani atau tidak, melainkan kepastian.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang dilakukan Rabu (15/1) diyakini bakal memberikan sentimen positif bagi kondisi ekonomi global. Dengan begitu, ketidakpastian ekonomi global berkurang.

"Prospeknya (investasi) pasti lebih bagus dibandingkan mereka berdua berantem," kata perencana keuangan Finansia Consulting Eko Endarto kepada Kontan.co.id, Rabu (15/1).

Eko menjelaskan, prospek investasi tidak bergantung sepenuhnya pada kesepakatan yang ditandatangani atau tidak, melainkan kepastian. Menurutnya, investor lebih membutuhkan kepastian saat ini. "Untuk investor, kesepakatan dagang pasti akan lebih menguntungkan karena Indonesia adalah negara sumber daya dari kedua negara produksi," jelasnya.

Baca Juga: Perang dagang AS-China mereda, simak rekomendasi bagi investor agresif & moderat

Dengan begitu, perlu dipastikan lebih jauh apakah dengan kesepakatan dagang AS dan China fase pertama akan berdampak positif bagi perusahaan-perusahaan tanah air. Meskipun begitu, Eko optimistis penandatangan fase pertama perang dagang AS-China bakal menghasilkan prospek positif bagi instrumen investasi Indonesia, khususnya saham.

Untuk jangka panjang, prospek investasi masih konsisten didukung oleh kondisi fundamental makro, mikro dan sosial politik yang cukup stabil di 2020. Sentimen seperti pemilu AS dan Brexit membuat investor harus lebih mempersiapkan portofolionya bila akan ditransaksikan untuk jangka pendek, seperti pembayaran luar negeri, perjalanan keluar negeri dan sebagainya.

"Untuk investasi jangka pendek dan tujuannya ke luar negeri, sebaiknya mengurangi investasi dengan risiko tinggi. Di antaranya bisa pindah ke kas, deposito atau maksimal emas," ungkapnya.

Baca Juga: Perdamaian AS-China makin dekat, investasi saham dan obligasi akan lebih menarik

Sebaliknya, bagi investor yang berniat untuk menanamkan dananya dalam jangka panjang, disarankan untuk menggunakan kesempatan dari momentum ekonomi dan pemilu AS. Salah satunya, investor bisa mulai mengumpulkan aset-aset murah dan bagus.

Adapun rekomendasi untuk investor moderat di 2020 untuk mengalokasikan 10% dananya pada investasi jangka pendek seperti kas, deposito, atau reksadana pasar uang. Sementara itu, 50% dana lainnya bisa ditempatkan pada obligasi atau emas. Sedangkan untuk sisanya bisa dijadikan sebagai simpanan jangka panjang dan ditempatkan pada saham, reksadana saham atau bahkan fintech.

Untuk investor dengan karakter agresif, Eko merekomendasikan agar 10% dana investor ditempatkan pada kas, deposito, atau reksadana pasar uang. Selanjutnya, 30% bisa ditempatkan pada emas, obligasi dan fintech, dan sisanya atau sekitar 60% bisa ditempatkan pada saham, properti ataupun reksadana saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×