Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto
Secara industri konsumer, dia menyatakan data keseluruhan emiten konsumer (19 emiten) kinerjanya sudah membaik dengan pertumbuhan laba bersih 2016 sebesar 14% YoY. Sementara itu, marjin keuntungan bersih juga membaik menjadi 10.3% dari 10%. Pendapatan pun meningkat 9% YoY. "Jadi saya lihat strategi SRTG masuk di sektor konsumer cukup tepat," terangnya.
Apalagi sektor berbasis makanan atau Food and Beverages (F&B), menurutnya secara umum lebih baik daripada emiten rokok dan Home & Personal Care (HPC). Dia menambahkan, juga ada keuntungan dari harga komoditas yang masih rendah di 2016 karena hanya naik 9% YoY. "Karena memang harga komoditas sendiri baru mulai naik di pertengahan 3Q16," tambahnya.
Untuk sektor infrastruktur, dia menambahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengusulkan anggaran belanja negara 2018 dengan sektor infrastruktur yang tetap sebagai fokus utama. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPERA) tetap mendapatkan anggaran terbesar sebesar Rp 106.9 triliun, naik 5.3% YoY dan Kementerian Perhubungan sebesar Rp 48,5 triliun, naik 5.5% YoY.
Jadi dengan begini, pihaknya melihat sepertinya pemerintah bertekad tidak menunda proyek infrastruktur penting. Hal itu, akan menjadi berita positif bagi sektor infrastruktur. Dia merekomendasikan buy dengan target harga 4.200. "Sehingga saya lihat strategi SRTG untuk masuk ke sektor ini juga cukup bagus," ujar Bima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News