Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menyiapkan dana untuk melakukan investasi kepada sejumlah perusahaan pada tahun ini. Rencananya, emiten berkode saham SRTG ini menyiapkan dana sebesar US$ 100 juta untuk mengoptimalkan investasi.
Andi Esfandiari, Direktur Portofolio SRTG menyatakan, pihaknya membidik investasi dengan menambah 2-3 perusahaan baru tahun ini. Yang sudah terwujud, yakni dengan masuknya SRTG dengan mengakuisisi saham PT Deltomed Laboratories senilai Rp 85,75 miliar pada 23-24 Maret 2017.
"Tren 2017 perekonomian positif dan kondusif mendukung usaha korporasi. Strategi kami akan lebih berat pada consumer dan infrastruktur. Ini seiring dengan dukungan program pemerintah," ujar Andi Esfandiari, Direktur Portofolio SRTG.
Sebagai perusahaan investasi, estimasi nilai aktiva bersih SRTG yakni lebih dari US$ 1 miliar. Tiga sektor kunci investasi SRTG yakni produk dan jasa konsumen, infrastruktur, dan sumber daya alam.
Bima Setiaji, analis NH Korindo Sekuritas Indonesia menyatakan emiten ini memiliki punya aset sekitar Rp 25 triliun. Sekitar 50% berasal dari emiten TBIG dan ADRO.
"PBV (price to book value) TBIG adalah 17,7. Berarti kalau mereka mengubah sistem pencatatan dari book value ke market cap saja sudah naik banyak," ujar Bima kepada KONTAN.
Menurutnya, ke depan net profit SRTG yang impresif itu karena perubahan metode pencatatan. Dan untuk ke depannya, performa SRTG bisa diprediksi dengan cara memperkirakan kira-kira value Adaro dan TBIG akan naik atau tidak pada 2017. "Kenaikan value itu akan langsung tercermin di income statement SRTG," ungkapnya.
Secara industri konsumer, dia menyatakan data keseluruhan emiten konsumer (19 emiten) kinerjanya sudah membaik dengan pertumbuhan laba bersih 2016 sebesar 14% YoY. Sementara itu, marjin keuntungan bersih juga membaik menjadi 10.3% dari 10%. Pendapatan pun meningkat 9% YoY. "Jadi saya lihat strategi SRTG masuk di sektor konsumer cukup tepat," terangnya.
Apalagi sektor berbasis makanan atau Food and Beverages (F&B), menurutnya secara umum lebih baik daripada emiten rokok dan Home & Personal Care (HPC). Dia menambahkan, juga ada keuntungan dari harga komoditas yang masih rendah di 2016 karena hanya naik 9% YoY. "Karena memang harga komoditas sendiri baru mulai naik di pertengahan 3Q16," tambahnya.
Untuk sektor infrastruktur, dia menambahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengusulkan anggaran belanja negara 2018 dengan sektor infrastruktur yang tetap sebagai fokus utama. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPERA) tetap mendapatkan anggaran terbesar sebesar Rp 106.9 triliun, naik 5.3% YoY dan Kementerian Perhubungan sebesar Rp 48,5 triliun, naik 5.5% YoY.
Jadi dengan begini, pihaknya melihat sepertinya pemerintah bertekad tidak menunda proyek infrastruktur penting. Hal itu, akan menjadi berita positif bagi sektor infrastruktur. Dia merekomendasikan buy dengan target harga 4.200. "Sehingga saya lihat strategi SRTG untuk masuk ke sektor ini juga cukup bagus," ujar Bima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News