kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.866.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.559   4,00   0,02%
  • IDX 7.052   71,78   1,03%
  • KOMPAS100 1.023   11,17   1,10%
  • LQ45 796   9,17   1,17%
  • ISSI 222   1,87   0,85%
  • IDX30 414   5,46   1,34%
  • IDXHIDIV20 489   6,41   1,33%
  • IDX80 115   1,21   1,06%
  • IDXV30 117   0,79   0,68%
  • IDXQ30 135   1,58   1,19%

Bursa regional tumbang, rupiah tertekan ke level terendah lebih dari dua pekan


Kamis, 17 Maret 2011 / 10:55 WIB
Bursa regional tumbang, rupiah tertekan ke level terendah lebih dari dua pekan
ILUSTRASI. Warga berjalan menggunakan payung saat turun hujan di Jakarta, Jumat (10/1/2020).


Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Rupiah bergerak melemah, dan tertekan di level terendah lebih dari dua pekan terakhir. Pelemahan rupiah terjadi setelah saham Asia merosot di tengah kekhawatiran bocornya radiasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang.

Rupiah di pasar spot diperdagangkan di level Rp 8.803 per dollar AS, atau melemah 0,27% dari posisi penutupan kemarin di Rp 8.779 per dollar AS.

Nilai tukar rupiah turun bersama dengan mata uang regional lainnya, karena anjloknya indeks regional hingga 1%. Kekhawatiran pasar mencuat setelah Ketua Komisi Pengaturan Nuklir AS Gregory Jaczko mengatakan kepada kongres di Washington, kalau radiasi tingkat tinggi telah menyebar di Jepang.

Gundy Cahyadi, ekonom Oversea-Chinese Banking Corp. menyebut, keengganan mengambil risiko (risk aversion) mencuat, dan pasar mulai panik setelah kabar krisis nuklir meningkat. "Pasar mungkin akan terus gelisah," ujarnya.

Investor asing tercatat melepas saham Indonesia senilai US$ 8,1 juta, lebih besar dari pembelian tiga hari pertama dalam pekan ini.

Analis dari Royal Bank of Canada Nick Chamie menilai, pasar mata uang emerging market, termasuk won Korea Selatan, rupiah, dan dollar Singapura akan tertekan seiring investor Jepang melakukan repatriasi mata uangnya untuk mendanai pembangunan kembali pasca gempa.

"Repatriasi modal Jepang dari luar negeri untuk membiayai rekonstruksi bisa mengurangi eksposur investasi di pasar negara berkembang, dan ini menggerus mata uang mereka," imbuh Nick, kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×