Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham Australia membukukan pekan terburuknya sejak akhir April pada penutupan perdagangan Jumat (30/10). Sikap menahan diri investor jelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran kebijakan karantina wilayah baru akibat pandemi virus corona bakal menggagalkan pemulihan ekonomi jadi sentimen negatifnya.
Melansir Reuters, Indeks S & P / ASX 200 ditutup turun 0,6% pada 5.927,60, menyusul penurunan 0,3% pada hari Kamis. Indeks acuan ini telah turun 3,9% sepekan ini, membukukan penurunan mingguan terbesar sejak 24 April.
Asal tahu, rekor jumlah kasus virus corona di seluruh dunia dan pemilihan presiden AS pada 3 November tetap menjadi faktor utama yang membayangi investor.
Pada hari Rabu, kasus virus corona global meningkat lebih dari 500.000 untuk pertama kalinya ketika Prancis dan Jerman menyiapkan penguncian baru.
"Kemungkinan hasil pemilu AS dan lamanya penundaan stimulus berada di garis depan fokus pasar saat ini," kata Brad Smoling, direktur pelaksana di Smoling Stockbroking.
Baca Juga: Investor hati-hati, bursa Asia kembali melemah pada awal perdagangan Jumat (30/10)
"Dengan bulan purnama terbit dan Halloween akhir pekan ini, itu menjadi latar belakang yang bagus untuk apa pun yang terjadi."
Saham teknologi Australia jatuh 2% ke penutupan terendah sejak 9 Oktober, dengan perusahaan fintech EML Payments Ltd kehilangan 5,6% dan perusahaan pembelajaran mesin Appen Ltd turun 3,8%.
Sub-indeks perawatan kesehatan turun 1,2%, dengan industri utama CSL Ltd turun 1,4% dan Healius turun 3,4%.
Melawan suasana suram, saham keuangan menambahkan 0,4% ke indeks acuan setelah sebelumnya menandai hari terbaik mereka lebih dari dua minggu, sebagian besar karena lonjakan 19,5% dari AMP Ltd.
Di tempat lain, indeks acuan S & P / NZX 50 Selandia Baru turun 1% menjadi 12.084,47, terseret oleh penurunan 5,4% Fisher & Paykel Healthcare Corp dan penurunan 3,3% di Kathmandu Holdings. Indeks acuan saham ini kehilangan 1% seminggu ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
