kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bursa Asia merangkak naik setelah aksi jual besar-besaran


Rabu, 07 Agustus 2019 / 08:57 WIB
Bursa Asia merangkak naik setelah aksi jual besar-besaran


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia mulai menguat pada pertengahan pekan ini meski masih ada penurunan di sejumlah indeks saham.

Rabu (7/8) pukul 8.42 WIB, indeks Nikkei 225 masih turun 0,39% ke 20.505. Hang Seng pun terkoreksi 0,167% ke 25.938. 

Indeks Shanghai sudah naik 0,52% ke 2.791. Taiex pun menguat 0,14%. Sedangkan Straits Times menguat 0,14% ke 3.175. Kospi hanya naik tipis 0,05 poin ke 1.917.

Baca Juga: Rupiah menguat tipis, yuan offshore masih melemah terhadap dolar AS

Investor mengambil napas setelah aksi jual berturut-turut dalam beberapa hari terakhir. Di awal perdagangan, yuan offshore masih cenderung melemah tipis yang merupakan level terendah sejak 2010.

Aksi jual pasar saham yang terjadi pekan ini dipicu oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. AS mengancam kenaikan tarif 10% untuk sisa seluruh produk impor dari China senilai US$ 300 miliar yang belum kena tarif. Ancaman ini muncul karena Trump menganggap China menunda pembicaraan hingga usai pemilihan presiden AS selanjutnya.

Sebagai balasan, China membiarkan mata uang yuan melemah ke level terendah. Kemarin, Departemen Keuangan AS menyebut China sebagai manipulator mata uang.

Baca Juga: Simak rekomendasi analis untuk saham infrastruktur di tengah pelemahan yuan

Banyak investor yakin Presiden AS Donald Trump tidak akan membiarkan ketidakstabilan pasar finansial karena reputasinya akan dipertaruhkan pada pemilihan tahun depan.

"Pasar finansial global terguncang oleh kekhawatiran tensi perang dagang AS China yang sekarang memicu perang mata uang. Ini akan menekan ekonomi dunia secara substansial," kata Masahiro Fukuda, investment director Fidelity kepada Reuters.

Baca Juga: Saham perbankan tergerus bersama IHSG, ini rekomendasi selanjutnya

Memang ada kekhawatiran bahwa perang dagang ini bisa menimbulkan dampak di luar dugaan. Tapi Fukuda menambahkan, pasar tidak perlu cemas akan resesi karena berbagai stimulus fiskal dan moneter akan menopang ekonomi kedua negara.

Meski demikian, sentimen pasar masih rapuh dan penyelesaian masalah perdagangan masih belum jelas. Bahkan, Goldman Sachs memperkirakan, AS dan China tidak akan mencapai kesepakatan sebelum November 2020 ketika pemilihan presiden AS digelar. 

Morgan Stanley memperingatkan bahwa keributan tarif akan memicu resesi ekonomi dunia pada pertengahan tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×