Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia sore ini, Senin (5/6), mayoritas ditutup naik dengan Nikkei 225 melonjak 2,2% ke level penutupan tertingginya sejak 1990. Menurut tim riset Phillip Sekuritas Indonesia, kenaikan bursa Asia ini terjadi setelah Presiden AS Joe Biden akhir pekan lalu menandatangani rancangan undang-undang (RUU) plafon utang (debt ceiling) menjadi undang-undang (UU), yang menghindarkan Pemerintah AS dari kondisi gagal bayar (default) atas kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo.
RUU Debt Ceiling ini diloloskan Senat (DPD) AS dengan suara 63–38 pada Kamis (1/6) malam, memenangkan cukup dukungan dari kedua Partai Politik untuk melampaui batas minimal 60 suara. Sebelumnya, pada hari Rabu (31/5), RUU ini diperdebatkan di DPR AS selama 72 jam dan lolos dengan perolehan suara 314–117.
Fokus perhatian investor sekarang tertuju pada sejumlah pertemuan bank sentral minggu ini, mulai dari bank sentral Australia pada hari Selasa (6/6), dan bank sentral India (RBI) pada hari Kamis (8/6), dengan puncaknya tentu pertemuan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve) pekan depan.
Dari sisi makroekonomi, data Caixin Services purchasing managers’ index (PMI) China naik ke level 57,1 di bulan Mei dari level 56.4 pada bulan sebelumnya. Ini menandakan ekspansi selama lima bulan beruntun pada aktivitas sektor services (jasa) China dan merupakan laju kenaikan tercepat kedua sejak November 2020.
Baca Juga: Net Buy Asing Rp 722 Miliar Saat IHSG Naik Hari Ini (5/6), GOTO, BBCA, ASII Terbesar
Di Jepang, perhitungan akhir (final) data au Jibun Bank Services PMI untuk bulan Mei berada di level 55,9, lebih rendah dari perhitungan awal (preliminary) yang sebesar 56,3. Namun, angka ini masih lebih tinggi dari perhitungan akhir (Final) untuk bulan April yang berada di level 55.4.
Ini adalah ekspansi selama sembilan bulan beruntun di sektor jasa dan merupakan laju kenaikan yang tercepat dalam sejarah.
Dari dalam negeri, data S&P Global Manufacturing PMI Indonesia jatuh ke level 50,3 di bulan Mei dari level tertinggi dalam enam bulan, yakni 52,7 pada bulan sebelumnya. Ini menandakan ekspansi selama 21 bulan beruntun, namun dengan laju kenaikan terlemah sejak November 2022 seiring dengan lesunya produksi di tengah kontraksi pada pesanan baru.
Selain itu, inflasi tahunan Indonesia turun menjadi 4,0% year-on-year (YoY) di bulan Mei, terendah dalam 12 bulan terakhir dari 4,33% di bulan April. Ini adalah untuk pertama kali sejak Mei 2022 inflasi utama berada di batas atas kisaran target inflasi 2%-4% yang di tetapkan oleh Bank Indonesia setelah selama 11 bulan bertahan di atas 4,00%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News