Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga The Federal Reserve bisa memicu penurunan imbal hasil obligasi pemerintah. Nasabah reksadana disarankan mendiversifikasi aset untuk memaksimal keuntungan investasi.
Mengutip data Infovesta Utama, indeks reksadana pendapatan tetap versi Infovesta secara year to date (ytd) per 15 Desember naik 9,98%. Sedangkan, indeks reksadana saham pada periode sama naik 7,09%.
Head of Investment Research Infovesta Utama wawan Hendrayana menyebut, secara umum reksadana pendapatan tetap tahun ini memang sedang bagus lantaran iklim suku bunga rendah Bank Indonesia dan tingkat inflasi Indonesia bagus.
Namun dengan kenaikan suku bunga The Fed, Wawan menduga pencapaian reksadana pendapatan tetap pada tahun depan bisa terkoreksi. Pasalnya, terdapat kekhawatiran dana asing akan keluar mencari instrumen investasi yang berbunga lebih tinggi di Amerika Serikat. Dalam kondisi tersebut, tentu otoritas keuangan Indonesia tidak akan ambil diam.
"Apalagi kalau tahun depan ada kenaikan suku bunga sampai tiga kali di AS, BI bisa jadi menaikan suku bunga kembali ke 4,5%," jelas Wawan, Senin (18/12). Akibatnya, yield Surat Berharga Negara (SBN) bisa terkoreksi.
Tapi, Wawan tetap menjagokan reksadana pendapatan tetap dibandingkan aset saham, lantaran kenaikan reksadana saham sangat berat di tengah volatilitas IHSG yang besar.
Ia menyarankan investor untuk mendiversifikasi produk. Portofolio reksadana bisa disebar yaitu 40% di reksadana pendapatan tetap, 40% reksadana saham dan 20% di reksadana pasar uang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News