Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya masih terlilit utang dan tengah berupaya untuk melakukan restrukturisasi utang. Hal tersebut dinilai berdampak negatif pada kinerja saham emiten BUMN Karya.
Senior Information Investment Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, BUMN Karya yang mengalami problematika dari sisi tingginya debt ratio dan liabilitas merupakan masalah klasik.
Hal tersebut, kata Nafan, sebenarnya sudah diantisipasi oleh para pelaku investor.
“Kalau investor yang berinvestasi di pasar saham sudah ada mitigasi risiko sebagai strategi mereka untuk mengoptimalkan kinerja portofolio,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (18/7).
Baca Juga: Utang BUMN Karya Berdampak pada Harga Saham, Cermati Rekomendasi Analis
Nafan mengatakan, ada emiten BUMN Karya yang mengalami problematika gagal bayar obligasi dan problem good corporate governance (GCG), salah satunya adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
“Kasusnya sekarang sudah ditangani oleh kejaksaan. Karena ini juga terkait kasus korupsi, mereka harus melakukan GCG, agar berpengaruh ke progresivitas kinerja fundamental emiten,” katanya.
Menurut Nafan, BUMN Karya yang rajin mengerjakan proyek strategis nasional dan mampu memperoleh nilai kontrak baru akan mempengaruhi kinerja dan mempengaruhi pendapatan secara positif.
Sehingga, ada juga emiten BUMN Karya yang berhasil mampu meningkatkan laba bersih, seperti PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP).
Secara bottomline, ADHI dan PTPP mencatatkan kinerja pertumbuhan laba bersih yang baik di kuartal I 2023. Meskipun laporan keuangan kuartal II 2023 belum rilis, Nafan melihat, kinerja emiten konstruksi di semester I bisa dilihat dari cerminan kinerja keuangan mereka di kuartal I.
Baca Juga: Strategi Waskita Karya (WSKT) Restrukturisasi Utang dan Tingkatkan Kinerja
Sebab, kondisi fundamental emiten konstruksi di kuartal II dilihat tidak berbeda jauh dengan kuartal I kemarin.
“Dengan adanya kenaikan kinerja bottomline, itu membuat cashflow emiten tidak terlalu negatif,” paparnya.
Menyehatkan cashflow, kata Nafan, sudah seharusnya menjadi tujuan jangka panjang emiten BUMN Karya. Caranya dengan meningkatkan perolehan kontrak proyek strategis nasional.
Hal tersebut nantinya juga bisa didukung dengan tren melandainya suku bunga. Sebab, di tahun depan Bank Indonesia (BI) berpeluang menurunkan suku bunga acuan.
Baca Juga: Intip Strategi PTPP Mengejar Kontrak Baru Rp 34 Triliun pada Tahun Ini
“Kemungkinan itu sehubungan dengan adanya potensi The Fed yang pivot menurunkan suku bunganya. Hal itu bisa mengurangi beban bunga utang emiten BUMN Karya,” tuturnya.
Nafan memaparkan, pelunasan kewajiban utang harus dilaksanakan emiten BUMN Karya harus dilaksanakan agar mereka bisa dapat rating yang bagus terkait peringkat utang emiten.
“Ini juga bagian dari upaya emiten menerapkan GCG agar bisa meningkatkan kinerja di semester II 2023,” paparnya.
Nafan pun merekomendasikan accumulate untuk ADHI dan PTPP dengan target harga masing-masing Rp 505 per saham – Rp 3.610 per saham dan Rp 660 per saham – Rp 740 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News