Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten BUMN Karya menemui ketidakpastian dan tantangan baru. Di tengah awan mendung industri konstruksi di tahun ini, mereka harus kembali menyesuaikan diri untuk bersiap merger menjadi satu holding perusahaan.
Asal tahu saja, pemerintah punya rencana baru terkait proses merger BUMN Karya. Tujuh BUMN Karya yang semula mau dilebur menjadi tiga holding, kini direncanakan hanya menjadi satu holding.
Hal tersebut kembali disinggung dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPR RI, Rabu (5/3). Para direksi BUMN Karya yang hadir dalam rapat tersebut mengaku masih menunggu keputusan lanjutan dari pemerintah terkait progres merger mereka.
Misalnya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mengaku terus berdialog dengan BUMN Karya lainnya soal merger, khususnya dengan PT Nindya Karya dan PT Brantas Abipraya. Di rencana awal, ADHI memang bakal dilebur dengan dua perusahaan tersebut.
Baca Juga: Menilik Prospek Kinerja Emiten BUMN Karya Usai Pemangkasan Anggaran Infrastruktur
Direktur Utama ADHI, Entus Asnawi Mukhson mengatakan, pihaknya sebenarnya tengah intens berdiskusi dengan untuk melihat arah pembagian fokus perusahaan masing-masing. Namun, Entus mengaku bahwa kajian terkait hal itu belum selesai.
“Pada kesimpulannya nanti, dari kajian itu kami akan duduk bersama konsultan untuk menetapkannya dan akan kami bawa ke kementerian,” ujarnya dalam RDP DPR RI, Rabu (5/3).
Setelah wacana terkait peleburan BUMN Karya menjadi satu holding saja tersebar, ADHI pun jadi membuka opsi terkait skenario mana yang kemungkinan bisa membuat kinerja menjadi lebih efektif.
“Antara dua ini mana yang lebih efektif, mungkin bisa dilakukan kajian,” paparnya.
Corporate Secretary ADHI Rozi Sparta menambahkan, perseroan juga tengah menunggu kabar terkait rencana tersebut. “Saat ini ADHI masih menunggu arahan selanjutnya dari pemegang saham seri A (Pemerintah RI),” ujarnya kepada Kontan, Kamis (6/3).
Sementara, PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengaku masih berfokus pada penyehatan kinerja perusahaan agar tak memberatkan perusahaan Karya lainnya saat merger dilakukan, mau seperti apa pun skenario dari pemerintah.
Direktur Utama WSKT, Muhammad Hanugroho alias Oho mengatakan, merger BUMN Karya didasarkan pada upaya penyehatan keuangan. Menurutnya, dalam upaya penyehatan keuangan itu, WSKT optimistis bakal pulih jika fokus kembali ke bisnis inti.
“Kalau merger atau akuisisi itu subjected to pemegang saham konsepnya seperti apa. Plus minus pasti ada,” ujarnya di kesempatan tersebut.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito mengatakan, pengurangan jumlah BUMN Karya memang harus dilakukan lantaran jumlah proyek yang dikerjakan berpotensi berkurang.
“Namun, kami baru fokus pada penyehatan kami sendiri. Supaya, apa pun keputusan dari pemegang saham nanti, kami tidak menjadi virus,” ungkapnya dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga: Begini Ragam Respons Emiten BUMN Karya soal Rencana Peleburan Menjadi Satu Holding
Corporate Secretary WIKA Mahendra Vijaya menambahkan, WIKA memang tengah berfokus pada langkah penyehatan keuangan yang tengah dijalankan, penguatan tata kelola dan manajemen risiko, serta langkah-langkah penyehatan likuiditas.
“Selain itu, perseroan juga melakukan kajian terhadap kondisi internal, sehingga nantinya WIKA dapat menjalankan apa pun yang menjadi keputusan pemegang saham (pemerintah),” ujarnya kepada Kontan, Jumat (7/3).
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) juga masih menunggu hasil kajian dan arahan dari Kementerian BUMN. “Saat ini perusahaan fokus pada pencapaian kinerja perusahaan serta penyelesaian proyek-proyek on going yang telah diamanahkan kepada PTPP,” ujar Sekretaris Perusahaan PTPP, Joko Raharjo kepada Kontan, Jumat (7/3).
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan melihat, merger BUMN Karya memiliki dampak yang cukup besar terhadap kinerja emiten. Secara tujuan, merger ini seharusnya menjadi langkah positif, karena penggabungan menjadi satu holding dapat meningkatkan efisiensi dan sinergi antar perusahaan.
Selain itu, merger juga bertujuan untuk menyelamatkan keuangan BUMN Karya yang saat ini tertekan akibat beban utang yang besar.
“Namun, apakah langkah ini akan memperbaiki atau justru memperburuk kondisi, sangat bergantung pada implementasinya,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (7/3).
Tak hanya itu, rencana merger menjadi satu holding memiliki risiko kanibalisasi antarperusahaan BUMN Karya. Jika tidak ada strategi yang jelas dalam pembagian proyek di antara perusahaan Karya, bisa terjadi persaingan internal yang tidak sehat.
“Cuma, mengingat kondisi BUMN Karya saat ini, langkah strategis harus segera dilakukan. Dan salah satu opsi terbaik yang tersedia adalah melakukan merger,” paparnya.
Ekky mengatakan, prospek kinerja BUMN karya tahun 2025 masih akan tertekan. Sebab, ada pemangkasan anggaran infrastruktur tahun ini dan masih tingginya beban bunga para emiten.
WSKT dan WIKA bahkan sudah gagal bayar obligasi. Kondisi itu menyebabkan saham keduanya disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Suspensi saham WIKA terjadi sejak bulan Februari 2025 lalu lantaran gagal bayar Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A.
Sementara, suspensi saham WSKT sudah hampir dua tahun. Sebagai informasi, BEI berhak melakukan delisting saham emiten yang sudah disuspensi dua tahun atau lebih.
Ekky pun melihat potensi delisting untuk saham WSKT lantaran sudah memenuhi syarat, yaitu hampir 2 tahun suspensi dan restrukturisasi utang belum terlihat berhasil.
Baca Juga: Luka BUMN Karya Semakin Menganga
“Jadi berpotensi (delisting). Namun, untuk BUMN saya belum pernah dengar ada yang delisting per hari ini,” ungkapnya.
Alhasil, Ekky belum memberikan rekomendasi saham untuk emiten BUMN Karya.
Analis PT Edvisor Profina Visindo Indy Naila melihat, merger BUMN Karya sebenarnya bisa menjadi salah satu solusi untuk efisiensi dan penguatan modal. Namun, perlu diingat bahwa beberapa emiten BUMN karya masih mengalami kondisi kas yang kurang baik dan kinerja keuangan yang masih perlu diperbaiki dari sisi aset.
Secara prospek, emiten BUMN Karya juga masih tertekan dengan adanya pemangkasan anggaran untuk proyek-proyek infrastruktur di tahun 2025, serta kondisi keuangan emiten yang kurang baik dalam mengelola utang.
“Sentimen positifnya berasal bagaimana kondisi perekonomian ke depan, rencana pemulihan anggaran untuk infrastruktur 2025, dan proyek-proyek akan berjalan lagi,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (7/3).
Dari empat induk emiten BUMN Karya yang melantai di Bursa, tinggal saham ADHI dan PTPP saja yang masih aktif diperdagangkan per hari ini. Namun, kinerja saham keduanya juga masih lesu. Melansir RTI, saham ADHI sudah turun 11,79% sejak awal tahun (YTD) dan PTPP turun 22,62% YTD.
Menurut Indy, pergerakan saham keduanya sudah mencerminkan kinerja keuangan masing-masing yang kurang baik. Selain itu, proyek-proyek yang mereka miliki belum mampu menopang kinerja, baik dari sisi profitabilitas maupun likuiditas saham mereka.
“Dengan kondisi utang yang masih tinggi serta prospek yang masih tertekan, kinerja keuangan WIKA dan WSKT juga masih belum pulih. Tetapi, perlu dipantau peran pemerintah yang dapat menopang saham-saham ini,” tuturnya.
Lantaran saham emiten Karya masih dalam tren penurunan, sehingga Indy menyarankan investor untuk memantau ADHI dengan target harga Rp 250 per saham.
Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menjelaskan, dampak merger BUMN Karya terhadap kinerja masing-masing belum bisa dipastikan apakah bisa sepenuhnya positif atau tidak. Yang jelas, upaya merger itu punya tantangan yang besar.
Baca Juga: Begini Kondisi Utang dan Proyek On Going Emiten BUMN Karya Usai Efisiensi Anggaran
Namun, pada intinya, tujuan merger BUMN Karya adalah untuk menyederhanakan struktur, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat posisi keuangan.
“Dengan terjadinya merger, dapat meningkatkan kemampuan dalam mengakses pendanaan dan mengelola risiko,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (7/3).
Prospek kinerja emiten BUMN Karya ke depan dilihat kurang baik dan pasar masih merespons kurang bagus setelah adanya pemangkasan anggaran infrastruktur pagu 2025.
Meskipun begitu, sentimen positif bisa saja datang jika pemulihan ekonomi terjadi dan mendorong permintaan jasa konstruksi bisa meningkat. Lalu, bisa juga berasal dari regulasi, efisiensi biaya, dan keberhasilan restrukturisasi utang.
“Potensi delisting WIKA dan WSKT ada. Terutama WSKT, mengingat kondisi keuangan yang masih sulit,” ungkapnya.
Rekomendasi untuk jangka pendek cenderung wait and see atau netral di emiten BUMN Karya. Namun, investor boleh hold saham ADHI dengan target harga Rp 214 per saham.
“Hati-hati jika tren harga berlanjut turun dan batasi risiko masing-masing jika breakdown support yang kita anggap kuat,” tandasnya.
Selanjutnya: Jadwal Buka Puasa Hari Ini 9 Maret 2025 untuk Jakarta
Menarik Dibaca: Jadwal Buka Puasa Hari Ini 9 Maret 2025 untuk Jakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News