Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong penggunaan kendaraan listrik sebagai pendukung operasional BUMN menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengembangkan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai alias battery electric vehicle (BEV).
BUMN diminta meningkatkan penggunaan berbagai jenis BEV di lingkungan grup perusahaan. Di antaranya sebagai kendaraan dinas direksi dan pimpinan perusahaan, kendaraan operasional perusahaan baik kendaraan roda dua dan roda empat, dan program kepemilikan kendaraan bagi karyawan.
Ada sejumlah emiten yang sudah mempunyai produk EV, khususnya dalam bentuk motor listrik.
Baca Juga: Punya Prospek Jangka Panjang, Dua Emiten Energi Baru Terbarukan Ini Layak Dikoleksi
Misalnya Grup WIKA punya merek Gesits, Grup Indika Energy dengan merek ALVA, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) dengan merek Selis, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan merek Electrum, serta PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) yang bermitra dengan SiCepat menghasilkan motor listrik Volta.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menilai, langkah BUMN untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik di lingkungannya menjadi sentimen positif bagi saham-saham tersebut.
"Prospeknya baik jika kebijakan mobil listrik ini berlanjut di masa depan. Namun, jika tidak ada kelanjutan programnya, maka bisa jadi sentimen sesaat," kata Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (18/9).
Baca Juga: Meski Neraca Dagang Masih Untung, Surplus Transaksi Berjalan Berpotensi Menurun
Menurut Cheril, sebagian besar saham-saham tersebut memiliki fundamental yang menarik. Pasalnya, perusahaan-perusahaan ini membukukan keuntungan, mempunyai tingkat utang yang relatif rendah, dan valuasi sahamnya tergolong murah.
Cheril mengunggulkan INDY SLIS, dan TOBA karena paling menarik secara valuasi dan keuntungan keuangan. "Trader bisa simak saham-saham tersebut untuk jangka pendek selama sentimen kendaraan listrik masih berjalan," ucap Cheril.
Ia merekomendasikan buy ketiganya dengan target harga INDY di Rp 3.250 per saham, SLIS Rp 260, dan TOBA Rp 880 per saham. Per perdagangan Jumat (16/9), INDY merosot 3,46% ke level Rp 3.070 per saham, SLIS terkoreksi 4,72% menjadi Rp 242, dan TOBA turun 4,65% ke Rp 820 per saham.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga melihat, peluncuran dan produksi motor listrik menjadi salah satu katalis penggerak emiten-emiten ini. Meskipun begitu ada juga pengaruh dari katalis lainnya seperti harga komoditas terhadap emiten-emiten batubara maupun sektor rotasi.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Media dari Sejumlah Analis
Secara teknikal, ia mencermati WIKA dan TOBA dapat dilakukan pembelian dengan target harga WIKA di Rp 1.130-Rp 1.200 dan TOBA di Rp 940-Rp 1.100. Menurutnya, WIKA masih mempunyai peluang uptrend.
Sementara itu, TOBA potensial terkoreksi terlebih dahulu. "Namun, selama tidak break dari support di Rp 695, saya perkirakan TOBA masih berpeluang untuk menguat," ucap Herditya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News