Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) terus menggenjot produksi emas. Direktur BRMS Herwin W. Hidayat meyakini, produksi emas BRMS tahun ini akan jauh lebih baik dari tahun lalu. Ini mengingat produksi emas BRMS pada semester pertama 2023 yang sudah melampaui realisasi produksi tahun lalu.
Adapun BRMS mencatatkan produksi emas sebesar 236 kg atau setara 7.611 oz sepanjang periode enam bulan pertama 2023. Realisasi ini melesat 200% dari produksi di periode yang sama tahun lalu yang hanya 82 kg atau setara 2.531 oz. Realisasi ini juga melampaui capaian produksi tahun lalu yang ada di angka 174 kg atau setara 5.415 oz.
Kenaikan produksi ini tidak terlepas dari anak usaha BRMS, yaitu PT Citra Palu Minerals, yang baru saja menyelesaikan konstruksi pabrik emas keduanya di Palu yang berkapasitas 4.000 ton bijih per hari di November 2022. CPM juga mengoperasikan pabrik emas yang berkapasitas lebih kecil yaitu 500 ton bijih per hari di Palu.
Pada semester pertama tahun 2023, kedua pabrik emas tersebut beroperasi dengan kapasitas rata-rata sebesar 1.000 ton bijih per hari. Namun demikian, sejak 1 Juli 2023 lalu, kedua pabrik tersebut telah meningkatkan operasinya menjadi sekitar 2.400 ton bijih per hari.
“Minimal secara konservatif (target produksi akhir tahun) dikali 2 dari realisasi semester pertama. Kenyataannya pabrik emas kedua belum full capacity, harapannya bisa lebih besar dari dua kali,” kata Herwin dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Kamis (24/8).
Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) Mengerek Produksi Emas Secara Bertahap
Ke depan, volume produksi emas BRMS akan terus bertambah seiring dengan potensi tambahan produksi dari pabrik ketiga BRMS. Herwin menjabarkan, pabrik emas ketiga dengan produksi 4.000 ton bijih emas per hari ini sedang progress penyelesaian dan ditargetkan rampung pada kuartal ketiga 2024. “Ditargetkan bisa berproduksi pada kuartal keempat tahun depan, sehingga kami akan dapat tambahan produksi,” sambung dia.
BRMS juga terus berfokus pada pengembangan aset tambangnya, salah satunya Gorontalo Minerals yang merupakan proyek tembaga dan emas. Rencana untuk mengembangkan prospek emas ini termasuk aktivitas pengeboran dan konstruksi infrastruktur.
Proyek ini memiliki hak konsesi Kontrak Karya untuk pertambangan seluas 24.995 hektare yang terletak di kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Izin Konstruksi dan Produksi disetujui oleh Pemerintah pada Februari 2019 dengan periode konstruksi tiga tahun dan periode produksi 30 tahun, yakni hingga tahun 2052.
Baca Juga: Masuk Indeks FTSE, Bumi Resources Minerals (BRMS) Optimistis Kinerja Tumbuh
Direktur Utama BRMS Agoes Projosasmito menimpali, saat ini BRMS akan berfokus pada pengembangan aset tambang yang ada. Selain Gorontalo Minerals, Anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ini tercatat memiliki aset tambang lainnya, yakni Suma Heksa Sinergi/Kerta Project (proyek emas), Linge Mineral Resources (proyek emas), dan Dairi Prima Mineral (Proyek Seng dan Timah Hitam).
Manajemen berkomitmen akan terus melakukan pengembangan dan eksplorasi aset existing. Misal, di aset Kerta dan Linge, BRMS saat ini sedang melakukan eksplorasi berkelanjutan agar BRMS memperoleh cadangan emas yang cukup dan memiliki grade tinggi. “Jadi kalau dilihat, aksi korporasi BRMS sangat besar karena aset-aset kami belum maksimal dikembangkan. Kami berkomitmen untuk mengembangkannya baik melalui penerbitan obligasi, utang bank, maupun pendanaan ekuitas,” kata Agoes di kesempatan yang sama.
Namun bukan berarti BRMS menutup mata untuk melakukan pertumbuhan anorganik, salah satunya melalui akuisisi. “Kami juga melihat potensi emas, tembaga, dan mineral lain di Indonesia dan kalau punya chemistry atau nilai tambah bagi BRMS,” sambung dia.
Baca Juga: Rebalancing Indeks FTSE Russell, BUMI dan BRMS Masuk Small Cap
Pada semester pertama 2023, BRMS membukukan pendapatan senilai US$ 15,8 juta, melonjak 186% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 5,53 juta.
Pendapatan ini terdiri atas pendapatan dari segmen penjualan emas senilai US$ 14,8 juta yang berhasil melesat 203% secara year-on-year (YoY). BRMS juga mencetak pendapatan segmen penasehat pertambangan senilai US$ 1 juta.
Harga jual rerata alias average selling price (ASP) BRMS naik 4% menjadi US$ 1.928 per oz dari sebelumnya US$ 1.854 per oz
Herwin meyakini, outlook harga emas masih cukup solid. Ini karena emas sebagai pilihan investasi di tengah volatilitas saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News