Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tambang Grup Bakrie dan Salim, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menargetkan pendapatan sebesar US$ 5,5 miliar hingga US$ 6 miliar sepanjang tahun 2025.
"Volume produksi di sepanjang tahun 2025 bisa mencapai 78 juta ton sampai 80 juta ton, dengan asumsi harga yang diharapkan lebih tinggi dari tahun ini," kata Direktur & Sekretaris Perusahaan Bumi Resources, Dileep Srivastava, kepada Kontan, Rabu (11/12).
Sebagai informasi, pendapatan Bumi Resources selama periode sembilan bulan pertama tahun 2024 mencapai US$ 4,29 miliar atau turun 10% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar US$ 4,76 miliar.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) Incar Produksi Batubara 80 Juta Ton di Tahun 2025
Sedangkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melesat 111% menjadi US$ 122,9 juta dari sebelumnya mencetak US$ 58,3 juta.
Kinerja laporan keuangan itu mengacu pada ringkasan keuangan konsolidasian BUMI yang di dalamnya ada PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltima Prima Coal (KPC).
"Angka (pendapatan dan laba) sepanjang tahun 2024 akan diaudit, jadi mari kita tunggu dan lihat," ujar Dileep.
Target Produksi Batubara
Direktur Bumi Resources (BUMI), Maringan M. Ido Hotna Hutabarat mengungkapkan bahwa perusahaan telah memperoleh persetujuan dari pemerintah terkait Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk produksi batubara.
Baca Juga: Investor Asing Kompak Beli Saham Ini November 2024, Investor Lokal Perlu Ikut Beli?
Dengan disetujuinya RKAB tersebut, Bumi Resources menargetkan produksi batubara sebesar 80 juta ton pada 2025 dan 2026.
Total produksi sebesar 80 juta ton tersebut berasal dari dua anak perusahaan, yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang menyumbang 55 juta ton, dan PT Arutmin Indonesia (AI) sebanyak 25 juta ton.
Ido juga menjelaskan bahwa nilai kalori (calorific value/CV) batu bara yang dihasilkan oleh KPC dan Arutmin diperkirakan akan tetap berada pada tingkat yang relatif rendah.
"Di tahun 2025 rata-rata CV masih sama, di KPC sekitar 5.000 gross air received (GAR) dan di Arutmin sekitar 4.400 GAR," jelas Ido dalam paparan publik, Rabu (11/12).
Baca Juga: Produksi Melonjak, Sejumlah Emiten Batubara Penuhi Komitmen Pasok DMO Batubara
Selain itu, Bumi Resources menyoroti pentingnya efisiensi biaya operasional. Sebagai contoh, BUMI berupaya menjaga stripping ratio serendah mungkin, mengurangi konsumsi bahan bakar, serta mempersingkat jarak pengangkutan material penutup (overburden removal/OB).
Rencana Kuarsi Reorganisasi
Pada kesempatan paparan publik, Direktur BUMI, Sri Dharmayanti BUMI belum dapat memastikan kapan aksi kuasi reorganisasi ini bisa terealisasi.
"Tentunya kami terus berupaya untuk bisa melakukan rencana kuasi ini agar bisa sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika kuasi dapat dijalankan, yang pasti akan menjadi makin baik bagi perseroan dan juga bagi pemegang saham," terang Sri.
Baca Juga: Investor Asing Borong Saham Ini November 2024, Investor Lokal Perlu Beli/Jual?
Meski begitu, manajemen menegaskan bahwa BUMI berupaya untuk bisa membagikan dividen pasca kuarsi tersebut rampung.
"Kami berharap rencana kuarsi ini bisa dilakukan, karena kami ingin membayar dividen kepada pemegang saham," tambah Direktur BUMI, Andrew Beckham.
Prospek dan Rekomendasi Saham
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengungkapkan prospek kinerja BUMI pada tahun 2025 terlihat cukup menjanjikan, didukung oleh beberapa faktor fundamental yang kuat.
Misalnya, target produksi 80 juta ton batu bara pada tahun 2025 menjadi katalis utama, meskipun masih ada tantangan terkait kuarsi organisasi yang belum terselesaikan.
"Jika isu organisasi ini dapat segera menemukan solusi, maka efisiensi operasional BUMI dapat meningkat sehingga mendukung target produksinya," kata Hendra kepada Kontan, Rabu (11/12).
Selain itu, stabilitas harga batu bara global dan permintaan dari pasar Asia, terutama India dan China dapat menjadi pendorong kinerja.
Baca Juga: Saham Receh Ini Beri Cuan 6% Dalam Sepekan, Investor Pilih Jual, Tahan Atau Beli?
Hendra juga menyoroti sentimen yang mendukung kenaikan harga saham BUMI terutama berasal dari perkembangan positif di perusahaan.
Keberhasilan BUMI mencapai target produksi batubara yang ambisius dan kemungkinan penyelesaian masalah internal dapat menarik perhatian investor.
Bagi investor, kondisi ini membuka peluang menarik, terutama dengan potensi penguatan fundamental. Hendra merekomendasikan untuk spekulatif buy saham BUMI di target harga Rp 160 per saham.
"Pelaku pasar perlu mempertimbangkan waktu masuk yang tepat, mengingat volatilitas harga komoditas dan sentimen pasar yang bisa berubah-ubah," tutupnya.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pergerakan saham BUMI sedang berada di awal fase uptrend, namun disertai dengan tekanan jual.
Baca Juga: Dari Awal 2024 Saham Harga Receh Batubara Ini Beri Untung 49%, Saatnya Jual/Beli?
"MACD mulai menyempit dan berpeluang terjadinya goldencross ke area positif, sedangkan stochastic rawan terjadinya deadcross," ucap Herditya kepada Kontan, Rabu (11/12).
Herditya merekomendasikan untuk speculative buy saham BUMI di target harga Rp 160-Rp 167 per saham, dengan level support Rp 136 dan resistance Rp 151.
Selanjutnya: Industri Perhotelan Mulai Terimbas Pemangkasan Anggaran Perjalanan Dinas 2024
Menarik Dibaca: 4 Tips Kesehatan untuk Para Ibu agar Tetap Bugar, Terapkan ya Moms
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News