kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.080   96,25   1,38%
  • KOMPAS100 1.059   19,08   1,83%
  • LQ45 833   16,07   1,97%
  • ISSI 214   1,68   0,79%
  • IDX30 425   9,10   2,19%
  • IDXHIDIV20 511   9,34   1,86%
  • IDX80 121   2,21   1,86%
  • IDXV30 125   1,01   0,82%
  • IDXQ30 142   2,63   1,89%

BUMI akan melepas Gallo Oil di Yaman


Kamis, 23 Februari 2017 / 20:16 WIB
BUMI akan melepas Gallo Oil di Yaman


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Nasib aset pertambangan minyak milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di Republik Yaman berakhir sudah. BUMI mengaku sedang dalam proses pelepasan Gallo Oil (Jersey) Ltd karena sejak diakuisisi tahun 1999, aset tersebut belum juga memberikan keuntungan pada perseroan.

Direktur Utama BUMI Ari S. Hudaya berdalih, banyaknya permasalahan geopolitik di negara itu membuat BUMI tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan Gallo Oil. Pemerintah Yaman sendiri dinilai sudah tidak memiliki komitmen terhadap aset tersebut.

Sehingga, BUMI yang memiliki langsung 100% saham Gallo Oil akan menawarkan hak partisipasinya. "Di Gallo Oil kami sudah out. Sebenarnya sudah sejak tahun lalu menyetop produksinya, karena sudah tidak ada kejelasan lagi. Saat ini kami sedang proses pelepasan," ujar Ari di Jakarta, Kamis (23/2).

Sudah tentu, BUMI rugi besar karena aset yang dibelinya 17 tahun silam ini tak pernah memberi untung sepeser pun untuk BUMI. Kerugian BUMI berasal dari biaya eksplorasi yang dikeluarkan untuk menggali hasil bumi dari Gallo Oil. Ari menyebut, nilai kerugian yang berasal dari eksplorasi itu berkisar US$ 300 juta.

BUMI mengambil Gallo Oil melalui aksi korporasi penerbitan saham baru (rights issue). Kala itu, BUMI menerbitkan saham baru sebanyak 18,61 miliar. Aksi ini menimbulkan efek dilusi hingga 95,92%. Bertindak sebagai pembeli siaga adalah Long Haul Holdings Ltd. Namun, rights issue itu ternyata sepi peminat.

Saham baru BUMI hanya terjual 100 saham. Konsekuensinya, Long Haul memborong 14,34 miliar saham senilai Rp 7,17 triliun. Sedangkan sisanya diambil Minarak Labuan Co. Ltd sebesar 4,27 miliar dengan nilai Rp 2,13 triliun. BUMI pun mendapat dana dari rights issue sebesar Rp 9,31 triliun.

Namun, dari jumlah itu, BUMI hanya menerima dana tunai Rp 60 miliar. Sebagian besarnya, Rp 9,25 triliun, berupa saham Gallo Oil. Usut punya usut, ternyata BUMI dan pemilik Gallo Oil, yakni Long Haul dan Minarak Labuan pada tanggal 21 Oktober 1999 telah menyepakati transaksi jual beli Gallo Oil. Saat itu, BUMI menerbitkan promissory note senilai Rp 9,25 triliun.

Alhasil, Long Haul per akhir Desember 2000 menjadi pemilik 73,01% saham BUMI. Sedangkan Minarak Labuan menggenggam 21,99% saham BUMI. Long Haul rupanya merupakan afiliasi Grup Bakrie lewat kolaborasinya masuk Bumi Plc. Demikian juga dengan Minarak Labuan Co Ltd.

Ari menjelaskan, sebenarnya BUMI sempat menemukan cadangan gas sekitar 10 trillion cubic feet (TCF). "Tetapi ya bagaimana cara mengambilnya. Ini ada di daerah perang. Pemerintah di sana juga bingung mau bagaimana," imbuhnya.

Ari mengatakan, kerugian dari Gallo Oil itu terhitung sebagai impairment loss alias kerugian penurunan nilai aset. Tentu saja, hal ini akan mempengaruhi laporan laba rugi perseroan.

Opsi penjualan Gallo Oil sejatinya sempat mencuat pada 2009 lalu. BUMI sempat mengikat perjanjian jual beli atas 7,4 juta atau setara 20% saham Gallo kepada Florenceville Financial Ltd.

Namun, pada 21 April 2011, kedua belah pihak sepakat untuk membatalkan transaksi jual beli tersebut. Alasannya, Florenceville gagal meraih pendanaan karena situasi politik di Yaman yang memanas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×