kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bukit Asam (PTBA) pilih Tanjung Enim sebagai lokasi gasifikasi batubara


Senin, 23 Desember 2019 / 22:23 WIB
Bukit Asam (PTBA) pilih Tanjung Enim sebagai lokasi gasifikasi batubara
ILUSTRASI. Suasana penambangan batubara menggunakan bucket wheel escavator di lokasi penambangan batubara PT. Bukit Asam (PTBA) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (20/5).Bukit Asam (PTBA) pilih Tanjung Enim sebagai lokasi gasifikasi batubara.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kian dekat dengan realisasi gasifikasi batubara. Hal ini menyusul telah rampungnya studi kelayakan dan kesiapan investor yang bakal membantu proyek tersebut.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, berdasarkan hasil studi yang rampung November lalu, Tanjung Enim dinilai yang paling cocok sebagai proyek hilirisasi produk batubara tersebut. Sebab, infrastruktur di Tanjung Enim lebih siap dibanding tambang Peranap.

Baca Juga: Bidik produksi 30 juta ton di 2020, PTBA maksimalkan batubara kualitas tinggi

Kualitas batubara di Tanjung Enim juga lebih baik. "Jadi secara capex dan opex lebih efisien di Tanjung Enim, oleh karena itu kami kembangkan di Enim," ujar Arviyan, Senin (23/12).

Saat ini, prosesnya berlanjut pada tahap detail konsep desain atawa front end engineering design (FEED). Setelah itu, tahapan masuk pada tahap engineering procurement construction (EPC) hingga akhirnya realisasi konstruksi pabrik. Semua proses ini ditargetkan rampung akhir 2021.

"Proses pembangunannya sekitar tiga tahun. Selesai 2023, sehingga 2024 sudah beroperasi," terang Arviyan.

Pabrik itu nantinya bukan hanya memproses batubara menjadi gas. Tapi juga produk turunan yang jauh lebih menguntungkan.

Ibaratnya, nilai tambah batubara hanya 1. Produk turunan gasifikasi seperti methanol memiliki nilai tambah tujuh kali lebih besar.

Baca Juga: Indeks sektor tambang kembali naik, apa kata dua analis ini?

Padahal, methanol menjadi bentuk paling awal gasifikasi. Produk turunan lain memiliki nilai tambah lebih besar, bahkan produk turunan yang menjadi bahan baku industri petrokimia bisa memiliki nilai tambah hingga 10 kali.

Permintaan produk-produk turunan itu juga sangat besar. Contohnya, methanol yang menjadi zat tambahan wajib untuk biodisel. "Jadi, semua ini menjadi peluang baru, masa depan kami," imbuh Arviyan.



TERBARU

[X]
×