Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Noverius Laoli
Untuk merealisasikan mimpi tersebut, PTBA menggandeng mitra lokal, Pertamina dan investor asal Amerika Serikat (AS), yakni Air Products and Chemicals Inc. PTBA juga sudah menandatangani pembentukan perusahaan patungan atau joint venture (JV) untuk gasifikasi batubara.
Namun, JV itu nantinya akan berada di sisi upstream (gasifikasi) dan downstream (produk turunan). Untuk upstream, Air Production bakal menjadi pemegang saham mayoritas.
Baca Juga: Hingga kuartal III-2019, Bukit Asam (PTBA) telah lampaui kuota wajib DMO batubara
Arviyan bilang, itu karena perusahaan tersebut sudah menguasai teknologi gasifikasi. Sedangkan untuk downstream, PTBA bakal menjadi pemegang saham mayoritas. "Karena teknologi di downstream relatif sederhana," ungkapnya.
Meilki Darmawan, analis NH Korindo Sekuritas dalam riset 4 November menjelaskan, prospek PTBA sejatinya masih solid, terutama soal efisiensi yang berhasil dilakukan. Namun, prospek ini masih dibayangi oleh lesunya permintaan dan rendahnya harga batubara.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA)-Pertamina ajukan insentif untuk harga DME yang kompetitif
Oleh karena itu, dia menurunkan rekomendasi saham PTBA menjadi hold dengan target harga Rp 2.300 hingga akhir 2020. Kemarin, saham ini menguat 10 poin ke level Rp 2.610 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News