Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) baru saja merilis laporan keuangan untuk periode kuartal III 2019. Hasilnya, emiten tambang batubara ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 16,25 triliun atau naik tipis 1,36% bila dibandingkan realisasi penjualan pada periode yang sama tahun 2018.
Pendapatan ini terdiri atas penjualan batubara domestik sebesar Rp 9,8 triliun (56%), penjualan batubara ke pasar ekspor sebesar Rp 6,36 triliun (42%), dan pendapatan dari aktivitas lainnya seperti penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah yang berkontribusi sebesar 2% dari total pendapatan.
Dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, pendapatan usaha ini dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batubara pada September 2019 yang turun 7,8% menjadi Rp 775.675 per ton. Penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan harga batubara Indeks Newcastle (GAR 6.322 kkal/kg) pada bulan September sebesar 25% menjadi US$ 81,3 per ton dari US$ 108,3 per ton untuk periode yang sama tahun lalu.
Begitu pula dengan indeks harga batubara thermal Indonesia, Indonesian Coal Index (ICI) GAR 5.000 yang pada September 2019 melemah 21% menjadi US$ 50,8.
Baca Juga: Laba bersih Bukit Asam (PTBA) turun 21,08% sepanjang kuartal III 2019
Hingga September 2019, PTBA telah menjual 20,6 juta batubara atau naik 10,7% dibandingkan realisasi penjualan periode tahun lalu. Kenaikan juga terjadi produksi batubara. Hingga kuartal III 2019, PTBA telah memproduksi 21,6 juta ton batubara atau naik 9,6%. Kapasitas angkutan batubara PTBA naik 4,7% menjadi 17,8 juta ton.
Di sisi lain, beban pokok penjualan PTBA pada kuartal III 2019 juga ikut naik 12,6% menjadi Rp 10,5 triliun. Kenaikan beban pokok pendapatan ini jauh lebih tinggi daripada kenaikan pendapatan.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Suherman, mengatakan komposisi dan kenaikan terbesar berasal dari biaya angkutan kereta api seiring dengan peningkatan batubara. Beban PTBA pun naik karena kenaikan rata-rata pengupasan (stripping ratio) per September 2019 yang sebesar 4,6 bcm per ton dari sebelumnya 4,1 bcm per ton.
Kenaikan stripping ratio ini disebabkan produksi batubara kalori tinggi (>6.100 kkal/kg GAR) sebanyak 1,9 juta ton sampai dengan September 2019.
Alhasil, pada kuartal III 2019 laba Bukit Asam membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,10 triliun. Jumlah ini turun 21,08% jika dibandingkan dengan realisasi laba bersih periode kuartal III 2018 yang mencapai Rp 3,93 triliun.
Baca Juga: Erick Thohir Diwarisi BUMN dengan Utang Rp 3.200 Triliun
Suherman mengaku PTBA belum berencana untuk merevisi target penjualan, produksi, dan pengangkutan. “Belum ada revisi. Target sesuai rencana semula,” ujar Suherman kepada Kontan.co.id, Senin (28/10).
Hingga akhir 2019, PTBA menargetkan dapat mengeruk 27,3 juta ton batubara atau naik 3% dari realisasi tahun 2018 sebesar 26,4 juta ton. Sementara itu, PTBA menargetkan mampu menjual 28,4 juta ton batubara atau naik 15% dari tahun sebelumnya. Angka ini terdiri dari target ekspor sebesar 14,7 juta ton dan penjualan domestik sebesar 13,7 juta ton batubara.
Sementara dari segi pengangkutan, PTBA menargetkan dapat mengangkut 25,3 juta ton batubara dapat diangkut dengan kereta api atau naik 12% dari tahun lalu.
Peningkatan target penjualan juga ditopang oleh rencana penjualan ekspor PTBA untuk batubara medium to high calorie ke premium market sebesar 3,8 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News