kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bukan safe haven pilihan, emas jadi kelas aset dengan kinerja terburuk tahun ini


Senin, 01 November 2021 / 19:57 WIB
Bukan safe haven pilihan, emas jadi kelas aset dengan kinerja terburuk tahun ini
ILUSTRASI. Harga emas tercatat turun 6,06% sejak awal tahun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah 10 bulan berlalu, tapi kinerja emas rupanya belum kunjung membaik. Pada 29 Oktober, harga emas spot ditutup US$ 1.783 per ons troi. Dibanding posisi akhir tahun, level tersebut sudah turun 6,06%. Penurunan ini sekaligus menjadikan emas sebagai kelas aset investasi dengan kinerja terburuk sepanjang tahun ini.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal menjelaskan, penyebab sulitnya harga emas merangkak naik adalah terus membaiknya penyebaran kasus Covid-19 secara global. Di satu sisi, setiap ada ketidakpastian, safe haven yang jadi pilihan investor adalah dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih likuid.

“Dengan dolar AS yang menguat, pada akhirnya kinerja emas pun terpukul. Apalagi, bank sentral global juga sudah mulai melakukan pengetatan kebijakan moneter yang semakin menekan kinerja emas pada tahun ini,” kata Faisyal kepada Kontan.co.id, Senin (1/11) 

Baca Juga: BPS jelaskan penyebab inflasi bulan Oktober lebih rendah dari September 2021

Faisyal menilai, saat ini emas tidaklah menarik untuk dijadikan pilihan investasi khususnya jangka pendek-menengah. Dalam jangka pendek, tapering kemungkinan akan segera dimulai pada bulan ini. Pernyataan Federal Reserve yang cenderung bullish akan kembali menjadi sentimen negatif untuk emas.

Sementara untuk tahun depan, kenaikan inflasi memang berpotensi jadi katalis positif untuk harga emas. Namun langkah bank sentral yang akan menaikkan suku bunga acuan akan menekan angka inflasi tersebut. Alhasil, Faisyal menyebut emas tidak lagi jadi pilihan yang menarik.

Ditambah lagi, dengan pemulihan ekonomi, maka investor akan risk-on dan lebih memilih instrumen saham maupun valas yang jauh lebih menjanjikan. Menurut Faisyal, harapan harga emas bisa mengalami kenaikan adalah ketika terjadi gelombang ketiga kasus Covid-19 di berbagai belahan dunia. 

Baca Juga: Harga emas sepanjang Oktober 2021 masih lemah, ini penyebabnya

“Namun, selama hal tersebut tidak terjadi, tahun depan pun bukanlah tahunnya emas layaknya 2020 silam,” imbuh Faisyal.

Pada akhir tahun ini, Faisyal memperkirakan emas spot akan bergerak di area US$ 1.680 per ons troi-US$ 1.700 per ons troi. Sementara pada tahun depan, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi berjalan baik, emas akan berada pada rentang US$ 1.600 per ons troi- US$ 1.700 per ons troi.

“Untuk rekomendasi emas saat ini, lebih baik sell on rally,” tutup Faisyal.

Baca Juga: Harga emas Antam turun di level Rp 924.000 per gram pada hari ini (1/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×