Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) upayakan operasional tetap berjalan maksimal di tengah menghadapi tiga proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Indonesia, Singapura, dan Amerika Serikat.
Communication Head SRIL, Joy Citradewi menuturkan perusahaan tetap berkomitmen untuk menjaga operasional sebaik-baiknya meski dengan adanya pembekuan fasilitas perbankan yang cukup signifikan sejak awal tahun ini.
"Saat ini, sebagian besar dari dana kas kami telah digunakan untuk mengamankan pembelian bahan baku, agar perusahaan dapat tetap memenuhi permintaan konsumen," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (24/6).
Dia mengakui, isu logistik global masih menjadi tantangan besar terhadap ekosistem manufaktur dalam negeri. Dampak ini dapat dilihat dari biaya logistik yang meroket, hingga tenggang waktu yang memanjang sehingga berdampak kepada pasokan bahan baku dan hambatan ekspor.
Sebagai gambaran, penjualan ekspor SRIL sepanjang tahun 2020 sebesar US$ 762,37 juta atau meningkat US$ 57,1 juta dibandingkan tahun 2019. Jumlah ini setara 59% dibanding total pendapatan SRIL tahun lalu yang mencapai US$ 1,28 miliar. Manajemen menargetkan, porsi ekspor bisa kembali di atas 60%.
Sayangnya saat dikonfirmasi, Joy masih belum berkenan memaparkan terkait produktivitas produksinya. "Untuk info lanjutan belum dapat dijawab. Mungkin nanti setelah laporan keuangan kuartal I keluar akan lengkap infonya," jawabnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menyebutkan saat ini belum ada sentimen positif yang dapat mendorong kinerja Sritex. Sebabnya, produk-produk Sritex lebih cenderung untuk fesyen branded.
"Tekstil menjadi salah satu yang paling terpukul karena untuk fesyen tidak bisa online, mungkin untuk beberapa jenis barang fesyen yang dipakai sehari-hari bisa tetapi untuk produk branded orang lebih cenderung pergi ke mall," ujarnya kepada kontan.co.id, Kamis (24/6).
Karenanya, ia menilai permintaan untuk produk-produk branded saat ini mengalami penurunan. "Selain itu, dengan kondisi pandemi yang terus berkepanjangan mengakibatkan aktivitas di pusat perbelanjaan dibatasi. Jadi, saat ini belum ada sentimen positif yang dapat mendorong kinerja perusahaan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News