Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emas Antam mencetak return terbaik selama bulan Juni 2024. Meski begitu, analis menjagokan obligasi sebagai instrumen prospektif di sisa tahun ini.
Berdasarkan data yang dihimpun Kontan.co.id, emas Antam mencetak return 1,72% month on month (MoM) di Juni 2024. Lalu disusul Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatatkan return 1,33% MoM, kemudian obligasi korporasi 0,28% MoM, dan obligasi pemerintah 0,01% MoM.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, kenaikan emas Antam dikarenakan pelemahan yang terjadi pada rupiah. Sebab di periode itu, emas spot mencatat return -0,32% MoM.
Baca Juga: Harga Emas Bersinar di Tengah Harapan Penurunan Suku Bunga Setelah Rilis Data Inflasi
"Jika rupiah dalam kondisi normal, return emas Antam juga akan negatif karena mengikuti pergerakan emas dunia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (30/6).
Namun memang, secara kumulatif sejak awal tahun (Ytd), emas Antam mencetak return 18,88% dan emas spot sebesar 13,11%. Adapun obligasi korporasi mencatatkan pengembalian 2,34% Ytd, lalu obligasi pemerintah 0,93% Ytd, sementara IHSG -2% Ytd.
Sementara itu, IHSG sedikit terdorong di awal bulan Juni karena keluarnya saham BREN dari papan FCA. Namun utamanya, Fikri melihat IHSG didorong menurunnya sentimen risiko defisit fiskal sehingga IHSG kembali rebound, mengingat valuasi saham bluechip yang sudah rendah.
Untuk Juli 2024, diharapkan kinerja IHSG berlanjut positif. Adapun pendorongnya, bank-bank besar yang mencatatkan pertumbuhan kinerja yang apik hingga Mei 2024.
Baca Juga: Kupon SBR 013 6,45% & 6,6%, Cek Cara Investasi Secara Online Modal Minimal Rp 1 Juta
Selain itu, dengan depresiasi rupiah yang terjadi saat ini juga diharapkan dapat menarik asing untuk kembali masuk ke pasar saham. "Dengan rupiah yang sudah turun menjadi ada valuasi yang jauh lebih murah," sebutnya.
Meski demikian, Fikri menilai untuk jangka pendek instrumen investasi emas masih menjadi andalan. Menurutnya, selain didorong nilai tukar, investor juga masih mencermati kondisi geopolitik.
Kendati kondisi di Palestina-Israel menurun, tetapi situasi di Rusia-Ukraina meningkat dalam dua pekan terakhir. Ditambah, saat debat antara Donald Trump dengan Biden juga menyinggung Palestina-Israel, sehingga dinilai menjadi sentimen negatif juga untuk investor secara global.
"Jadi kemungkinan investor akan menahan diri dan akan ada pengalihan dana dari pasar saham ke aset jangka pendek, seperti emas dan dolar Amerika Serikat (AS)," katanya.