Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo
Menurut Victor, keempat segmen bisnis utama Bukalapak terus memberikan kontribusi positif dengan kinerja yang terkendali. Segmen Gaming tetap menjadi kontributor terbesar dengan pendapatan mencapai Rp1,4 triliun per September 2025, tumbuh 2% secara kuartalan dibandingkan dengan per Juni.
Segmen Investment juga mencatatkan kinerja yang positif, dengan pendapatan sebesar Rp18 miliar, meningkat 30% secara kuartalan, serta mempertahankan margin kontribusi yang solid di atas 30%.
Sementara itu, pendapatan dari segmen Mitra Bukalapak menurun sejalan dengan strategi Perseroan untuk fokus pada pasar yang lebih menguntungkan, yang turut berdampak pada peningkatan margin kontribusi sebesar 44% secara kuartalan.
“Segmen Retail pun tetap menjadi bagian strategis dalam ekosistem digital Perseroan, dengan margin kontribusi mencapai 23,6% pada kuartal III,” paparnya.
Ke depan, BUKA akan terus mengembangkan seluruh lini bisnis dan memperdalam penetrasi pasar melalui inovasi produk serta peningkatan pengalaman pengguna.
“Didukung oleh posisi kas dan fleksibilitas finansial yang kuat, Perseroan memiliki landasan yang kokoh untuk mengeksekusi strategi pertumbuhan dan menghadirkan solusi digital yang semakin relevan bagi ekosistem bisnis di Indonesia,” ujarnya.
Abida bilang, prospek BUKA hingga akhir 2025 diperkirakan tetap solid, ditopang oleh efisiensi biaya yang berkelanjutan dan program buyback saham senilai Rp420,79 miliar hingga Januari 2026.
Strategi ini berpotensi menjaga stabilitas harga saham sekaligus memperkuat kepercayaan investor.
“Di sisi lain, potensi penurunan suku bunga global juga menjadi tailwind yang dapat mendorong valuasi aset keuangan dan meningkatkan sentimen terhadap emiten teknologi berbasis besar,” ungkapnya.
Menuju 2026, fokus utama manajemen akan bergeser pada monetisasi kas IPO yang besar untuk memperkuat ekosistem digital dan mendorong pertumbuhan bisnis inti, seperti Mitra Bukalapak dan Gaming. Sentimen sektor digital nasional tetap positif, terutama dengan peningkatan adopsi dompet digital dan inklusi ekonomi di wilayah non-urban.
Namun, keberlanjutan kinerja akan sangat bergantung pada kemampuan BUKA mengoptimalkan penggunaan kas secara produktif dan menjaga disiplin biaya agar profitabilitas berulang dapat tercapai.
Berdasarkan hitungan Abida, dengan price to book value (PBV) BUKA yang saat ini 0,70x dan target rerata PBV tiga tahunan 0,75x, maka diperoleh target price Rp184 per saham.
“Posisi valuasi ini mencerminkan potensi upside terbatas sekitar 7% dan menempatkan BUKA pada level wajar di tengah dominasi laba non-operasional,” tuturnya.
Abida pun merekomendasikan hold untuk BUKA. Konsensus analis menargetkan harga Rp191 per saham.
Meskipun posisi kas bersih besar memberikan downside protection, pemulihan valuasi yang lebih kuat baru akan terjadi bila perusahaan mampu menunjukkan profitabilitas berulang dan strategi alokasi kas yang jelas untuk mendukung pertumbuhan bisnis inti.
“Konsistensi dalam efisiensi operasional serta kejelasan arah monetisasi kas akan menjadi faktor kunci bagi re-rating valuasi ke depan,” katanya.
Wafi mengatakan, kinerja BUKA ke depan masih positif, tapi perlu diwaspadai. BUKA memang akan diuntungkan oleh musim belanja akhir tahun, tapi secara struktural masih ada tantangan dari kompetitor dan potensi perlambatan konsumsi masyarakat.
Di 2026, kemungkinan bisa menjadi titik balik bagi kinerja BUKA, karena kontribusi dari layanan digital bisa makin kuat dan margin bisa terus naik.
“Sentimen utama bakal datang dari monetization platform & potensi kemitraan strategis,” ungkapnya.
Saham BUKA sendiri masih undervalued dibandingkan perusahaan teknologi peers-nya.
Sebagai gambaran, rasio enterprise value to sales (EV/Sales) BUKA di bawah 2x, sementara EV/Sales PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) di atas 3x.
“Jadi ada potensi re-rating jika kinerja BUKA di kuartal IV 2025 bisa lanjut positif,” tuturnya.
Wafi pun merekomendasikan beli untuk BUKA dengan target harga Rp190 per saham.
Selanjutnya: IHSG Berbalik Menguat 0,91% Hari Ini (29/10), Net Buy Asing Mencapai Rp 3,8 Triliun
Menarik Dibaca: 5 Sayuran yang Lebih Sehat jika Dimasak daripada Dimakan Mentah, Apa Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













