Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tampak gelagat Grup Sinarmas bakal melakukan konsolidasi terhadap bisnis propertinya. Indikasi ke arah itu bisa dilihat dari rencana akuisisi PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) terhadap 85,31% atau 1,57 juta saham PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI). Keduanya adalah perusahaan properti milik Grup Sinarmas. Saham yang akan dibeli BSDE adalah saham milik PT Paraga Artamida dan PT Ekacentra Usahamaju.
Dalam surat keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir pekan lalu, Direktur BSDE Hermawan Wijaya menjelaskan, pembelian saham DUTI itu tidak akan mengakibatkan perubahan pemegang saham pengendali. Baik BSDE maupun DUTI dikuasai oleh pemegang saham pengendali yang sama, yaitu Paraga Artamida.
Per 31 Agustus, sebanyak 36,73% saham BSDE dikuasai oleh Paraga, Warner Investment memiliki 16,39%, Serasi Niaga Sakti 5,47% , dan sisanya milik investor dengan kemilikan masing-masing kurang dari 5%.
Rencana akuisisi ini membangkitkan rumor lama. Beberapa waktu silam, muncul wacana bahwa kedua perusahaan properti milik Grup Sinarmas ini akan menggabungkan diri alias merger. Sayang, hingga kemarin (3/10) KONTAN belum berhasil meminta konfirmasi mengenai dampak akuisisi DUTI dan rencana meger tersebut ke manajemen BSDE. Feniyati Tenggara, Sekretaris Perusahaan BSDE, tak menjawab pesan pendek maupun telepon dari KONTAN.
Yang jelas, akuisisi saham DUTI ini akan membutuhkan dana besar. Sebagai gambaran, jika mengacu pada harga saham DUTI per 1 Oktober lalu yang senilai Rp 1.790 per saham, maka total 1,57 juta saham milik Paraga dan Ekacentra akan berharga sekitar Rp 2,82 triliun.
Kocek sama-sama tebal
Hingga akhir semester I 2010, kantong BSDE sendiri cukup tebal. Perusahaan ini memiliki dana kas Rp 1,02 triliun plus dana investasi Rp 38,36 miliar. Di samping itu, BSDE memiliki saldo laba sebesar Rp 920,63 miliar. Pada paruh pertama ini, pendapatan BSDE naik dari Rp 535,63 miliar pada Juni 2009 menjadi Rp 606,90 miliar. Adapun laba bersihnya tumbuh 45,96% dari Rp 125,06 miliar menjadi Rp 182,54 miliar.
Sementara kinerja DUTI juga tak kalah elok. Pemilik puluhan International Trace Center (ITC) ini memiliki aset Rp 4,59 triliun per Juni 2010. Perusahaan ini juga memiliki kas besar, yakni Rp 744,46 miliar, plus saldo laba Rp 1,24 triliun. Tapi DUTI memiliki utang bank dan obligasi Rp 631,50 miliar. Di semester I, pendapatan DUTI naik dari Rp 404,58 miliar menjadi Rp 445,68 miliar. Adapun laba bersihnya melejit 81,38% dari Rp 65,95 miliar menjadi Rp 119,62 miliar.
Analis Waterfront Securities Isfhan Helmy Arsad berpendapat, akuisisi saham DUTI akan mendongkrak pendapatan BSDE dari sektor komersial. Selama ini pendapatan terbesar BSDE diperoleh dari sektor residensial. "Dengan masuknya DUTI, sektor komersial BSDE bisa tumbuh sekitar 20% hingga 40%," ujar dia.
Isfhan memperkirakan, dalam 12 bulan ke depan saham BSDE bisa merambat ke Rp 1.500 per saham. Pada transaksi Jumat (1/10) lalu, harga saham BSDE naik 2,08% ke posisi Rp 980 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News