Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) turut menerima dampak negatif dengan diberlakukannya lockdown. Analis memproyeksikan langkah SRIL untuk menggenjot pertumbuhan kinerja di tahun ini akan tetap berat meski kini kenormalan baru mulai terlaksana dan aktivitas ekonomi berbagai negara kembali berjalan.
Perusahaan yang bergerak di bidang tekstil ini mencatat penjualan ekspor sebesar 1% secara tahunan menjadi US$ 189,14 juta di kuartal I-2020. Penurunan tersebut terjadi karena beberapa negara tujuan ekspor memberlakukan kebijakan lockdown sehingga menunda pemesanan mereka.
Penurunan penjualan ekspor yang terbesar terjadi di Uni Emirat Arab dan Afrika yang menurun 9,9% secara tahunan menjadi US$ 19,7 juta. Sementara, penjualan ekspor ke Eropa menurun 4% menjadi US$ 28,93 juta. Penjualan ekspor juga menurun di kawasan Asia sebesar 5,6% secara tahunan menjadi US$ 111,23 juta.
Baca Juga: Sri Rejeki Isman (SRIL) dukung pelaku industri TPT ajukan safeguard garmen
Namun, penjualan ke Amerika Serikat (AS) dan Amerika Latin masih meningkat 38,2% secara tahunan menjadi US$ 28,73 juta dan penjualan ke Australia naik 9,8% secara tahunan menjadi US$ 556.570.
Di tengah penjualan ekspor yang menurun akibat penyebaran virus Covid-19, perusahaan yang kerap disebut Sritex ini mengambil strategi bisnis baru dengan fokus memproduksi masker dan alat pelindung diri (APD). Produk tersebut dijual ke pasar dalam negeri. Alhasil, penjualan lokal SRIL meningkat 1,4% secara tahunan menjadi US$ 127,48 juta.
Kinerja penjualan tersebut masih membuat pendapatan SRIL di kuartal I-2020 menurun 0,07% menjadi US$ 316,61 juta. Sementara laba bersih masih tumbuh tipis 0,62% menjadi US$ 28,22 juta.
Baca Juga: Baju APD buatan Sri Rejeki Isman (Sritex) memenuhi standard internasional WHO
Analis Sukarno Alatas, OSO Sekuritas memproyeksikan penurunan penjualan ekspor di akhir tahun bisa mencapai kisaran 20%-27% secara tahunan. Ini terjadi jika penjualan ekspor masih menurun di kuartal kedua dan ekspor kuartal III dan IV belum maksimal.