Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN), melalui entitas anak, PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT), tidak terlalu memacu produksi lantaran harga jual batubara belum beranjak naik.
Alexander Ramlie, Presiden Direktur BORN menyatakan, AKT setidaknya ditargetkan bisa memproduksi batubara sebanyak 1,8 juta metrik ton (MT) di tahun 2014. Hingga akhir Juli lalu, produksi AKT cukup sejalan dengan target full year itu, yakni mencapai 860.726 MT.
"Kondisi saat ini kurang kondusif yang mengakibatkan turunnya harga batubara sehingga manajemen berpendapat untuk menurunkan produksi dan menangguhkan ekspansi Perseroan," kata Alexander dalam pernyataan resmi, akhir pekan lalu.
Namun, AKT belum tentu bisa mencapai target produksi tersebut. Pasalnya, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM), hanya memberikan kuota produksi tahun 2014 sebanyak 1,02 juta MT kepada AKT.
Sebagai pemegang konsesi Perjanjian Karya Pengusahaan dan Pertambangan Batubara (PKP2B), kuota produksi AKT memang ditetapkan langsung oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini Kementerian ESDM.
Masalahnya, di tahun ini, pemerintah sudah mengumumkan pembatasan produksi batubara menjadi hanya 397 juta ton, turun 5,7% dibandingkan realisasi 2013 yang 421 juta ton. Dengan pembatasan produksi itu, pemerintah optimistis harga jual batubara di pasar domestik dan internasional bisa bangkit lagi.
Sayangnya, Alexander tidak menjelaskan, apakah AKT sudah mengajukan permohonan untuk mendapatkan tambahan kuota produksi kepada Kementerian ESDM. Cara ini telah sukses ditempuh oleh afiliasi BORN, PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU).
Dalam Rencana Kerja & Anggaran Belanja (RKAB) 2014, Kementerian ESDM hanya memberikan kuota produksi sebanyak 22,35 juta ton kepada BRAU. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi produksi batubara BRAU di tahun 2013 yang sebanyak 23,5 juta ton.
BRAU kemudian meminta tambahan kuota produksi batubara menjadi 25,75 juta ton. Kementerian ESDM akhirnya memberikan tambahan kuota menjadi 24,2 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News